Panen dan Pasca Panen Jamur Tiram

Tahap akhir dari budidaya jamur tiram adalah panen dan penanganan pasca panen. Cara panen dan penanganan yang kurang tepat akan menurunkan kualitas hasil panen, dengan demikian pengetahuan tentang cara panen dan pasca panen harus kita miliki, sehingga hasil panen jamur tiram sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Ok, pembahasan kita mulai dengan panen dan selanjutnya penanganannya, selamat menyimak... 

Pemanenan

Sebelum kita memulai panen jamur tiram maka perlu mengetahui ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen, ciri-cirinya adalah: tudung belum mekar penuh, warna belum pudar, spora belum dilepaskan, tekstur masih kokoh dan lentur. Poin-poin diatas merupakan ciri-ciri jamur yang masih muda. Sedangkan ciri-ciri jamur tiram yang sudah tua adalah tudung sudah mekar penuh (ditandai dengan pinggir jamur yang sudah bergelombang/pecah-pecah), warna putih mulai memudar (kekuningan), spora sudah berterbangan, tekstur lembek dan berair. 

Intinya adalah kita memanen jamur pada saat masih muda, karena jamur yang tua sudah berkurang kualitasnya. Jamur tiram yang dipanen pada saat muda mempunyai daya tahan lebih lama daripada jamur tiram yang dipanen dalam keadaan sudah tua, karena kandungan airnya lebih sedikit, kondisi jamurnya yang masih fresh menjadikan kerusakan jaringannya akan lebih lama, dan biasanya lebih disukai konsumen daripada yang tua. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah: 
  1. Sebelum memanen sebaikknya memakai masker, karena spora jamur yang terhirup bisa mengganggu kesehatan. 
  2. Pemanenan jamur dilakukan dengan teknik/cara mencabut seluruh tanaman jamur yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya sisa akar atau batang tertinggal.
  3. Sisa akar jamur yang tertinggal harus dibersihkan, karena sisa akar yang tertinggal akan membusuk dan akan menghambat pertumbuhan jamur berikutnya. 
  4. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan memotong bagian/cabang jamur yang berukuran besar saja, sebab sisa jamur yang ditinggalkan tersebut tidak akan tumbuh menjadi besar, bahkan akan layu/mati.
  5. Jamur yang telah dipanen, pada bagian akarnya masih banyak menempel kotoran berupa serbuk kayu, sehingga pada bagian akar tersebut harus dibersihkan dengan memotong bagian tersebut dengan menggunakan pisau yang bersih (lebih baik pisau stainless steel).
  6. Pemotongan bagian jamur tidak perlu dipotong pada setiap cabang-cabangnya, sebab apabila hal tersebut dilakukan akan memacu tingkat kerusakan jamur, seperti cepat layu atau cepat busuk.
  7. Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar kesegaran jamur dapat dipertahankan, dan untuk mempermudah dalam pemasarannya. 
Pasca Panen 

Setelah dipanen, maka perlu diperhatikan penanganannya agar kualitas jamur tiram yang sampai ke konsumen terjaga kualitasnya. Bebera hal yang perlu diperhatikan adalah: 
  1. Jamur yang telah dipanen dibersihkan kemudian diseleksi antara jamur yang rusak dengan jamur yang baik. Jamur yang baik berciri-ciri: besar, kering, putih bersih, dan bebas dari hama penyakit. 
  2. Setelah disortir/diseleksi jamur kemudian diwadahi dalam kantong plastik ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg, (atau ukuran lainnya sesuai selera konsumen) dan siap dipasarkan. 
  3. Untuk mempertahankan umur simpan, jamur tiram bisa dikemas ke dalam plastik kemudian di simpan dalam pendingin (kulkas) pada suhu 10-15’C. 
  4. Jamur dapat diolah menjadi makanan yang mempunyai nilai tambah lebih seperti dalam bentuk pepes jamur, sate jamur, sop jamur, tumis jamur, dendeng jamur, jamur lapis tepung, kripik jamur, abon jamur, pangsit jamur, dll. 
Oke, sekian pembahasan dari saya.. Sekian dan semoga bermanfaat..!!! 
 
Purwokerto, 27 November 2012

Pemeliharaan Biakan Murni Jamur Tiram

Biakan murni jamur yang disimpan sering kali mengalami perubahan sifat. Oleh karena itu, biakan murni hendaknya dipelihara dengan baik. Ada beberapa metode untuk memelihara biakan murni jamur, yaitu pemindahan berkala, pemberian oksigen terbatas, kelaparan akan nutrien, hofilisasi, dan pembekuan menggunakan nitrogen cair. Cara pemeliharaan biakan murni yang umum diterapkan oleh pembibit jamur ialah pemindahan berkala. Semua pekerjaan yang melibatkan jamur dalam metode pemeliharaan harus dilakukan secara aseptik. Berikut ini akan dijelaskan beberapa cara pemeliharaan biakan murni secara terperinci. 

1. Pemindahan berkala 

Pemindahan berkala pada media agar-agar miring merupakan cara paling umum dilakukan. Sebagian besar biakan murni jamur dapat disimpan pada suhu kamar (sekitar 27’C) atau di dalam lemari es (sekitar 10’C). Namun, penyimpanan pada suhu kamar berakibat media agar-agar cepat mengering sehingga biakan akan mati. Penyimpanan di dalam lemari es tidak mengakibatkan media agar-agar cepat mengering, tetapi tidak semua jenis jamur dapat hidup pada suhu rendah. Sebagai contoh biakan murni jamur merang jangan disimpan di dalam lemari es.

Salah satu kendala cara pemindahan berkala yaitu memerlukan banyak tenaga jika telah melibatkan sejumlah besar biakan murni. Selain itu, dalam setiap periode tertentu, biasanya 3-6 bulan, biakan jamur harus senantiasa diremajakan. 

2. Pemberian oksigen terbatas 

Cara lain menyimpan biakan murni jamur yaitu dengan menghambat metabolismenya. Jamur merupakan organisme aerob sehingga udara diperlukan untuk kehidupannya. Dengan tidak memberikan oksigen baginya maka metabolisme jamur tersebut terhambat. Penghambatan metabolisme jamur ini dilakukan dengan menggenangi koloni jamur yang telah tumbuh pada agar-agar miring dengan minyak parafin steril setinggi 1 cm di atas permukaan agar-agar miring yang tertinggi. Dengan demikian, jamur tidak mendapatkan oksigen lagi dan agar-agar tidak cepat menjadi kering.

Sebelum digunakan minyak parafin disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoclave pada suhu 121’C selama 45 menit. Biakan dengan perlakuan oksigen terbatas ini dapat disimpan selama satu tahun atau lebih pada suhu 5 – 10’C. 

3. Kelaparan akan nutrien 

Metode ini dapat diterapkan untuk kelompok jamur yang tidak menghasilkan spora pada media agar-agar seperti kebanyakan jamur pangan. Prinsip penyimpanan dengan cara ini yaitu massa miselium telah tumbuh ditekan atau dihambat pertumbuhannya dengan air suling steril. Oleh karena itu tidak ada nutrien maka biakan ini tidak tumbuh dan tetap hidup untuk waktu yang lama. Selain itu berubahan genetika jamur juga dihambat. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan tidak mahal, tetapi cara ini belum banyak dilakukan. Berikut ini cara pemeliharaan biakan murni dengan memperlakukan jamur dalam kondisi kelaparan nutrien. 
  • Jamur ditumbuhkan pada media yang sesuai sampai koloninya paling sedikit berdiameter 3 cm. 
  • Koloni dipotong pada bagian yang sedang aktif tumbuh dengan menggunakan pipet steril yang berdiameter 6 mm. 
  • Sebanyak 5 – 6 potong koloni dimasukkan ke dalam botol kecil yang berisi air suling steril.
  •  Botol-botol disimpan pada suhu kamar selama 7 hari dan diamati keadaannya apakah terjadi kontaminasi atau tidak. Biakan yang tidak terkontaminasi disimpan pada suhu 5’C. 
  • Peremajaan dapat dilakukan langsung dari potongan koloni dengan menggunakan media yang sesuai. 
4. Liofilisasi 

Liofilisasi atau pengeringan beku merupakan metode untuk memelihara sebagian besar biakan jamur yang berspora. Dengan pengeringan beku, spora, atau sel dibekukan di dalam ampul-ampul pada suhu sekitar -60’C, kemudian disusul dengan penguapan air melalui sublimasi dalam keadaan hampa udara. Setelah proses pengeringan, ampul disegel dalam keadaan hampa udara.

Jamur yang disimpan dengan cara ini dapat dibiakkaan kembali setelah bebera tahun disimpan. Meskipun dengan liofilisasi sebagian besar jamur dapat dijaga kemampuannya bersporulasi dan kegiatannya berbiontesis, ada sekelompok jamur tertentu yang tidak dapat diawetkan dengan cara ini, yaitu jamur yang biasanya disimpan dalam bentuk miselium karena tidak membentuk spora pada media agar-agar. 

5. Pembekuan menggunakan nitrogen cair

Dengan perbaikan sistem pendinginan dan ketersediaan akan nitrogen cair, penyimpanan biakan di dalam nitrogen cair atau suhu beku yang rendah, yaitu – 196’C, menjadi pilihan untuk menyimpan jamur. Untuk keperluan ini jamur disuspensikan di dalam larutan gliserol 10% atau krioprotektan lainnya. Pendinginan harus dilakukan secara bertahap kira-kira 1’C/menit. Hampir setiap kelompok jamur dapat dipelihara dengan cara ini, yaitu dengan tingkat keberhasilan mencapai 90-100%. 

Artikel diatas saya ambil dari buku: " Usaha Pembibitan Jamur, Penebar Swadya ". 

Dari beberapa cara diatas mungkin hanya cara 1-3 yang masih dapat kita lakukan, ya karena lebih mudah dan murah, dibanding dengan cara 4-5 yang membutuhkan biaya yang besar karena teknologi yang dipakai sudah canggih. Ya, semoga sudah ada yang punya, terus saya bisa nyoba dech alatnya.. hehehe. 

Kalo menurut saya cara sederhana untuk memelihara biakan murni adalah cukup dengan disimpan pada kulkas (lemari pendingin) pada suhu 5-10’C dalam keadaan biakan murni ditutup rapat dengan alumunium foil atau dengan plastik yang kemudian dikat dengan karet, semakin rapat semakin bagus. Tujuannya yaitu membatasi suplai oksigen. Dengan cara ini biakan murni dapat bertahan sampai 6 bulan. Setelah itu biakan murni diremajakan lagi atau diturunkan menjadi bibit induk. Sederhana kan..?! 

Purwokerto, 23 November 2012

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha , Car Price in India