Budidaya Jamur Tiram Media Jerami

Ketika musim panen tiba, timbul masalah berupa limbah jerami. Limbah jerami ini biasanya ditumpuk di tengah petakan sawah atau di pinggir pematang sawah, yang kemudian dibuang atau dibakar untuk diambil abunya. Padahal pembakaran jerami akan mengakibatkan sebagian unsur hara (seperti N, P, K, dan Si) akan berkurang/hilang, belum lagi dampak pencemaran udara yang ditimbulkan akibat pembakaran tersebut. 

Menurut Berita Resmi Statistik (2006), produksi padi nasional mencapai 54,75 juta ton pertahun pada tahun 2006, meningkat sebesar 1,11% dibandingkan produksi padi tahun 2005. Peningkatan produksi padi juga diiringi peningkatan limbah jerami padi . Menurut Kementrian Pertanian (2012), per ha sawah menghasilkan sebanyak 3-4 ton jerami kering. Coba dibayangkan kalo semua jerami dibakar? Pasti akan berakibat pencemaran udara yang hebat, yang tentu akan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.. 

Sebenarnya ketersediaan jerami padi ini cukup potensial bila diawetkan melalui pengeringan sinar matahari, lalu ditumpuk di tempat yang diberi naungan agar tidak kehujanan untuk dimanfaatkan sebagai media budidaya jamur tiram. Lalu bagaimana cara membuat media dari jerami padi? Berikut cara membuat media dari jerami padi. 
  1. Siapkan jerami padi yang sudah dicacah sebanyak 100 kg. 
  2. Campurkan jerami padi, dedak, kapur dan gipsum dengan berbandingan (100kg:10kg:2,5kg:2kg). Tambahkan air jika campuran terlalu kering. 
  3. Lalu diaduk hingga merata kemudian ditutup dengan plastik selama 48 jam dengan ph 6-7. 
  4. Masukkan media ke dalam plastik (baglog) dengan mempersiapkan plastik pp tahan panas yang memiliki ketebalan 0,5 mm berukuran 18 x 30 cm, masukkan media kedalam plastik dan dipadatkan hingga beratnya 1kg-1,3kg. Pasang cincin dan tutupnya. 
  5. Selanjutnya baglog dikukus dalam drum selama 6-8 jam. 
  6. Setelah dikukus dilakukan pendinginan selama 12 jam (semalam). 
  7. Tahap berukutnya yaitu inokulasi (penanamn bibit). Inokulasi ini dilakukan secara aseptik. Bibit dimasukkan ke baglog dengan menggunakan sendok. 
  8. Baglog diinkubasi selama 40-50 hari dengan suhu kamar. 
  9. Inkubasi baglog sampai meselium menutupi media secara merata. Baglog yang sudah ditumbuhi miselium ditempatkan di rak-rak dlam rumah jamur (kumbung). 
  10. Buka tutup baglog agar jamur dapat tumbuh setelah 2 minggu baglog dibuka. 
  11. Panen jamur segar setelah 2-3 hari. 
Petani jamur di Indonesia masih jarang yang memanfaatkan jerami sebagai media budidaya jamur tiram. Jerami padi biasa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, pakan ternak dan media budidaya jamur merang. Namun, dengan melihat potensi limbah jerami ini, tidak ada salahnya kita mencoba mengaplikasikannya pada budidaya jamur tiram. Jerami juga sebagai alternatif lain pengganti serbuk kayu, terutama bagi petani yang sedang kesulitan mendapatkan serbuk kayu, karena sekarang serbuk kayu sudah menjadi rebutan, antara sesama petani jamur, pengrajin batu bata, maupun industri tebu. Dengan memanfaat jerami untuk budidaya jamur tiram berarti kita telah membantu mengatasi limbah pertanian di Indonesia..

Batang, 16 Januari 2014

Sterilisasi Baglog Jamur Tiram

Sebenarnya postingan mengenai sterilisasi baglog jamur tiram harusnya sudah dibahas dulu sebelum postingan Cara Inokulasi Media Tanam, namun apa boleh buat walau sudah terlambat, tidak ada salahnya kita bahas kembali mengingat masih banyaknya petani jamur kita yang gagal panen diakibatkan kontaminasi yang biasanya disebabkan oleh proses sterilisasi yan kurang sempurna. Lanjut............. 

Tujuan dari sterilisasi adalah membunuh atau menon-aktifkan mikroba patogen yang berpotensi menjadi kontaminan pada baglog jamur tiram. Biasanya sterilisasi menggunakan panas uap dari pembakaran langsung atau uap panas yang dihasilkan dari boiler, atau tungku sederhana.

Sebenarnya ada 2 cara untuk menon-aktifkan mikroba patogen yaitu yang biasa dikenal dengan istilah pasteurisisasi dan sterilisasi. 

Pasteurisasi 

Pasteurisasi adalah suatu proses mematikan sebagian mikroba patogen pada baglog jamur tiram dengan suhu dibawah 100’C dan dalam tekanan normal. Perlu diingat bahwa pasteurisasi hanya mengurangi mikroba yang berpotensi menjadi kontaminan. Kebanyakan petani masih menggunakan metode pasteurisasi untuk mematikan mikroba patogen, yaitu dengan menggunakan drum atau bak kayu/beton yang dialiri uap panas dari boiler. Kelemahan dari pasteurisasi adalah resiko terkena kontaminasi masih cukup besar, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Biasanya petani menghabiskan 1 tabung gas waktu sekitar 6-8 jam untuk menyeterilkan sekitar 100-140 baglog. Sedangkan kelebihan dari pasteurisasi adalah kandungan nutrisi pada baglog tidak banyak berkurang. 

Sterilisasi 

Sterilasi adalah suatu proses mematikan seluruh mikroba patogen pada baglog jamur tiram dengan suhu diatas 100’C dan dalam tekanan tinggi. Berbeda dengan pasteurisasi, kalo pasteurisasi hanya membuat mikroba sempoyongan tidak berdaya, dan mematikan sebagiannya, sedangkan sterilisasi bertujuan untuk mematikan mikroba sampai ke akar-akarnya. Jadi dengan sterilasi, mikroba, spora ataupun miselium jamur liar akan mati mengenaskan, (duh kasian......). Sterilisasi baglog biasanya menggunakan autoclave ukuran besar yang mampu menampung ratusan bahkan ribuan baglog sekali masak. Waktu yang diperlukan juga lebih singkat antara ½ jam sampai 1 jam, baglog sudah matang. Kelemahan sterilisasi adalah nutrisi akan banyak hilang apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi dan dalam waktu yang lama, alatnya mahal, dan juga membutuhkan operator yang berpengalaman. Sedangkan kelebihan dari sterilisasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyeterilkan mikroba jauh lebih cepat, dan juga lebih hemat bahan bakar dibanding dengan pasteurisasi. Autoclave sangat cocok untuk usaha jamur berskala besar. 

Pilih mana? mau menggunakan sistem pasteurisasi atau sterilasi? Sesuaikan saja dengan modal kita... hehehe. Ok sekian, semoga sukses........... 

Batang, 27 Desember 2013

Membuat Bibit Sebar (F3) Jamur Tiram

Membuat bibit sebar (f3) jamur tiram caranya sama dengan Membuat Bibit Pokok (F2) Jamur Tiram, namun karena untuk meningkatkan SEO (Search Engine Optimization) pada blog ini maka dengan senang hati saya bahas kembali.. hehe. Bagi yang belum membaca posting membuat bibit pokok (f2) jamur tiram, maka ada baiknya membaca artikel ini, karena isinya sama, dan bagi yang sudah membacanya, ya semoga dapat mengingatkan kembali, atau kalo bosan ya langung di tutup saja.. hehe. Ok, kita bahas kembali.. 

Bibit sebar (f3) adalah bibit hasil turunan bibit pokok (f2), yang nantinya akan ditebar/ditanam pada baglog jamur tiram. Cara membuatnya sama dengan membuat bibit pokok (f2) jamur tiram, yaitu bisa dengan media biji-bijian atau media serbuk kayu. Berikut cara membuat bibit sebar jamur tiram. 

Bibit Sebar (F3) Media Biji-bijian 

Bibit ini dibuat dari memanfaatkan biji-biian seperti jagung, gabah, sorgum, dll yang dicampur dengan kalsium carbonat/kapur pertanian (dolomit). Karena media yang biasa digunakan adalah jagung, maka saya cukupkan hanya membahas media jagung saja, karena media biji-bijian yang lainnya saya rasa tidak jauh berbeda dengan media jagung. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. 
  1. Jagung utuh dicuci bersih dan direndam dalam air selama 24 jam. Kemudian cuci bersih kembali.
  2. Rebus jagung sampai melekah (kurang lebih 1 jam setengah). Kemudian tiriskan.
  3. Campur jagung dengan kapur sebanyak 1-2%, dan aduk sampai rata, kemudian biarkan beberapa menit hingga kadar airnya berkurang. 
  4. Masukkan jagung kedalam botol, kemudian sumbat dengan kapas, tutup dengan plastik dan ikat dengan karet gelang. 
  5. Media siap disterilkan selama kurang lebih 1 jam menggunakan autoclave dan 4 jam menggunakan dandang besar/drum. 
  6. Bongkar media, kemudian masukkan ke dalam ruang inokulasi. 
  7. Media siap diinokulasi dengan bibit induk, caranya sama dengan inokulasi pada baglog, silahkan lihat: Cara Inokulasi Media Tanam.
Bibit Sebar (F3) Media Serbuk 

Bibit ini dibuat dari serbuk kayu yang biasanya dicampur dengan bekatul dan tepung jagung, yang kemudian dicampur dengan kalsium karbonat/kapur pertanian (dolomit), ada juga yang menambah gula atau bahan lainnya. Pencampuran bahan-bahan ini dimaksudkan untuk menambah kandungan nutrisi yang ada dalam serbuk. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. 
  1. Campurkan semua bahan serbuk gergaji, bekatul, dan tepung jagung dengan perbandingan 4:2:1, atau suka-suka, pada umumnya serbuk gergaji > bekatul > tepung jagung. Tambahkan kapur sebanyak 1-2%. Kemudian campur dengan air secukupnya. 
  2. Kompos sehari semalam, atau kalo tidak sabaran.. hehe, bisa langsung dimasukkan kedalam botol kemudian sumbat dengan kapas, tutup dengan plastik dan ikat dengan karet gelang. 
  3. Media siap disterilkan selama kurang lebih 1 jam menggunakan autoclave dan 4 jam menggunakan dandang besar/drum. 
  4. Bongkar media, kemudian masukkan ke dalam ruang inokulasi. Media siap diinokulasi dengan bibit bibit induk, caranya sama dengan inokulasi pada baglog, silahkan lihat: Cara Inokulasi Media Tanam.
Gimana, sama seperti membuat bibit pokok (f2) to..?? hehe. Untuk kelemahan dan kelebihannya setahu saya, kalo bibit jagung kelebihannya adalah miselium lebih cepat merambat, daya simpan lebih lama dan bisa lebih banyak untuk meng-inok baglog, sedangkan kekurangannya adalah lebih beresiko jagung dimakan tikus pada masa inkubasi. Sedangkan bibit serbuk kelebihannya adalah aman dari serangan tikus dan pada panen pertama lebih berbobot, sedangkan kekurangannya adalah bibit lebih cepat jebol (muncul pinhead)/kadaluarsa. 


Batang, 20 Maret 2013

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha , Car Price in India