Cara Inokulasi Media Tanam

Melanjutkan artikel yang berjudul Membuat Media Tanam Jamur Tiram yang kemarin telah kita bahas, maka pada kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang teknik inokulasi. Inokulasi adalah proses memindahkan atau penanaman bibit jamur ke media tanam (baglog) jamur. Kesalahan dalam inokulasi akan menyebabkan media terkontaminasi mikroorganisme.

Oleh karena itu, kita harus mengetahui tahapan-tahapan inokulasi yang baik dan benar agar tidak terjadi kegagalan. Tahap inokulasi dimulai dari persiapan tempat, alat dan bahan, serta langkah kerja. Berikut penjelasannya...

Tahap Persiapan:
  1. Media tanam (baglog) yang sudah di sterilisasi dan suhu media tanamnya sudah dalam keadaan dingin / tidak panas.
  2. Siapkan ruangan yang bersih dan tertutup rapat.
  3. Siapkan bibit jamur.
  4. Siapkan alat spray (semprotan) dan isi dengan cairan alkohol / spiritus gunanya untuk mensterilkan ruangan termasuk tangan orang yang akan mengerjakan inokulasi.
  5. Siapkan sendok kecil / sebuah alat yang dapat dimasukan dengan botol untuk mengambil bibit dan dipindahkan ke media tanam.
  6. Siapkan bunzen (kompor spritus kecil) untuk memanaskan sendok kecil, dan bagian atas botol bibit, dan juga untuk menjaga ruangan agar tetap steril.
Lankah Kerja:
  1.  Masukan media tanam yang sudah disterilisasi ke ruangan inokulasi, tetapi sebelumnya area ruangan tersebut dibersihkan.
  2. Bila media tanam masih dalam keadaan panas diamkan terlebih kurang lebih 1 x 24 jam atau sampai media dingin.
  3. Tutup pintu dan jendela rapat, usahakan dalam masa pekerjaan jangan sampai orang hilir mudik masuk ruangan.
  4. Sebelum bekerja, ruangan inokulasi disterilkan dengan menyemprotkan alkohol seluruh ruangan, termasuk kedua tangan, kedua kaki dan badan (prinsipnya semuanya harus dalam keadaan bersih).
  5. Setelah siap selanjutnya buka tutup media, kemudian masukkan bibit jamur secukupnya, masukkan dan pasang ring/cincin baglog, tutup dengan kertas koran dan ikat dengan karet.
  6. Usahakan pada saat proses inokulasi selalu dekat dengan bunzen (tempat api).
  7. Bibit jamur yang jatuh ke lantai jangan dipergunakan / dimasukan ke dalam media tanam, karena bibit tersebut sudah dianggap tidak steril.
  8. Setelah di inokulasikan, letakkan media baglog dalam rak-rak inkubasi boleh dalam posisi vertikal atau horizontal mana saja yang lebih menghemat tempat.
Dalam budidaya jamur memang perlu ketelitian yang luar biasa, mulai dari mempersiapkan bahan baku, proses sterilisasi, dan inokulasi. Karena kesalahan pada salah satunya maka akan berakibat fatal. Ya, karena kegagalan pada salah satu proses akan membuat baglog tidak menumbuhkan jamur tiram, malah jamur liar yang akan numbuh. Ini berarti akan mengakibatkan kegagalan atau kerugian...

Namun, tidak ada yang isltilah ‘gagal’ dalam usaha jamur tiram, karena keberhasilan dimulai dari kegagalan. Ya, karena dari sekian banyak petani yang berhasil membuat baglog sendiri, mereka mengaku pada awalnya mereka ‘gagal’. Bahkan ada petani yang mengaku pada saat pertama kali mencoba membuat baglog sendiri, gagal 100%, tapi alhamdulilah sekarang sudah berhasil dan malah sudah menjual baglog buatannya. So, jangan takut gagal karena gagal adalah awal dari kesuksesan...

Selamat mecoba.

Sumber gambar:
http://budimushroom.co.cc/web_images/perlatan_kerja_inokulasi.jpg

Membuat Media Tanam Jamur Tiram

Setelah mengetahui dan mempersiapkan Bahan Media Tanam Jamur Tiram, maka langkah selanjutnya dalam budidaya jamur tiram adalah mempersiapkan peralatan dan bahan pendukung dalam pembuatan media tanam jamur tiram. Peralatan dan bahan pendukung dalam budidaya jamur tiram biasanya mudah kita dapatkan dan harganya pun cukup terjangkau.

Apabila kita sudah bisa membuat media tanam (baglog) sendiri, insya Alloh akan menambah pengalaman dan juga menambah keuntungan dari bisnis jamur tiram yang sedang kita jalankan.  Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan:

Peralatan:
  1. Alat Sterilisasi, alat sterilisasi yang biasa digunakan adalah autoklaf atau drum bekas. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme liar sehingga media steril dari jamur liar.
  2. Sekop, berfungsi untuk mengaduk campuran media sebelum dibungkus ke dalam plastik.
  3. Ayakan, berfungsi untuk memisahkan serbuk gergaji yang kasar dengan serbuk gergaji yang halus, juga berguna untuk memisahkan serbuk gergaji dari benda asing. Media yang kasar dikawatirkan dapat menusuk media saat proses pembungkusan.
Bahan pendukung:
  1. Plastik, plastik yang digunakan adalah jenis plastik yang tahan panas, biasanya menggunakan plastik polipropilen. Plastik ini digunakan untuk membungkus campuran media sebelum proses sterilisasi pada autoklaf.
  2. Cicin, pemberian cicin atau ring baglog dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses inokulasi dan memudahkan jamur untuk tumbuh setelah tutupnya dibuka pada saat mesilium jamur sudah penuh. Cincin baglog bisa kita beli pada pengusaha jamur atau bisa juga kita ganti dengan potongan bambu atau pralon.
  3. Kertas, berfungsi untuk menutup lubang cicin yang sudah terpasang di baglog.
  4. Karet gelang, berfungsi untuk mengikat kertas dengan cicin (mulut baglog) agar saat inkubasi mulut baglog tidak terlepas.
Setelah peralatan dan bahan tambahan yang dibutuhkan terpenuhi, maka langkah berikutnya adalah proses pembuatan media tanam.

Proses pembuatan media diawali dengan memilih komposisi atau formula campuran bahan baku, bagi pemula mungkin akan kesulitan menentukan takarannya. Komposisi berikut semoga bisa membantu:
Serbuk gergaji 100 kg
Bekatul 10-15 kg
Kapur 1-2 kg
Pupuk TSP 0,5 kg
Gips 1-2 kg
Air secukupnya
Komposisi diatas merupakan komposisi yang umum dipakai petani jamur tiram, namun setiap petani jamur tiram biasanya mempunyai takarannya sendiri. Tiga bahan yang hampir selalu digunakan adalah serbuk gergaji, bekatul dan kapur, sedangkan untuk gips terkadang petani jamur tiram tidak memakainya karena fungsi gips hanyalah sebagai perekat dan sebagai sumber mineral. Jadi, selama kita bisa membuat baglog yang cukup padat, maka tanpa gips pun bukan suatu masalah, sedangkan sumber mineral bisa didapat dari kapur pertanian. Sedangkankan penggunaan pupuk TSP mungkin sekarang sudah mulai ditinggalkan, karena pupuk TSP merupakan pupuk kimia, sedangkan jamur tiram merupakan sayuran organik sehingga penggunaan pupuk kimia dinilai kurang organik.
Jamur tiram dikatakan organik apabila bebas dari pestisida dan pupuk kimia.

Namun, hal ini dikembalikan kepada petani jamur masing-masing. Untuk tambahan nutrisi kita bisa menambahkan tepung jagung, ekstrak toge, gula, dll apabila dirasa perlu dan memungkinkan. Setelah memahami komposisi campuran bahan baku, maka langkah selanjutnya adalah memulai proses pembuatan media tanam. langkah-langkahnya sebagai berikut:

Cara Langsung:
  1. Pencampuran, semua bahan baku (kecuali air) dicampur dan diaduk menggunakan sekop hingga merata. Kemudian beri air secukupnya. Media yang telah tercampur dengan baik biasanya menggumpal pada saat dikepal. 
  2. Pembungkusan, dilakukan dengan memasukkan media yang telah tercampur secara homogen ke dalam plastik tahan panas (polypropylene). Upayakan pengisian tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu padat. Untuk memadatkan media dapat dilakukan dengan bantuan botol yang diisi dengan pasir, atau bisa juga dengan menumbukkan media ke lantai. Setelah diisi media, pada bagian atas plastik dilipat.
  3. Sterilisasi, baglog selanjutnya disterilisasi dengan cara dikukus dengan kisaran suhu 80-100 oC selama 6-10 jam. Pemanasan ini tergantung pada bahan dasar yang digunakan dan banyaknya baglog yang dipasteurisasi. Setelah selesai, baglog didinginkan selama setengah sampai satu hari sampai baglog sudah terasa agak dingin.
Cara Kompos:

Perbedaan cara ini adalah setelah proses pencampuran dilakukan pengomposan (fermentasi) selama 3-5 hari. Caranya adalah campuran bahan baku ditutup dengan karung atau semisalnya, dan lakukan pengadukan setiap hari agar proses pengomposan merata. Proses pengomposan ini dapat membantu mengurangi kontaminasi oleh mikroba liar dan juga membantu penguraian beberapa senyawa kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh jamur tiram.

Setelah Sterilisasi langkah selanjutnya yaitu inokulasi, karena langkah ini sangat penting maka perlu pembahasan khusus mengenai teknik inokulasi...

Sumber gambar:
http://w21.indonetwork.co.id/pdimage/79/3164079_baglog.jpg

Mengapa Harus Jadi Pengusaha?


Ada sebuah kutipan menarik yang berbunyi “Sebuah negara dapat mencapai kemakmuran jika minimal 2,5 % dari penduduknya adalah seorang pengusaha”. Padahal menurut referensi yang saya baca pengusaha di Indonesia hanya 0,18 % dari seluruh penduduk di Indonesia. Sedangkan menurut tokoh pengusaha Indonesia, Ir. Ciputra, agar masalah kemiskinan dan pengangguran teratasi, setidaknya diperlukan 4 juta pengusaha baru dinegara kita. 

Ada beberapa alasan mengapa kita harus jadi seorang pengusaha. Pembahasan berikut semoga memotivasi kita untuk menjadi seorang pengusaha. Saya ambilkan dari blog http://afaizn.wordpress.com/. Selamat mengikuti....

Menjadi seorang pengusaha tidak hanya butuh teori, namun pengalaman dalam menjalankan usaha juga sangat penting. Bpk Dahrul Iskan (CEO Jawa Pos Group dan Dirut PT.PLN) dalam Grand Seminar IEC 2011 berkata “ Kita harus cepat dalam memulai bisnis, agar cepat gagal. Karena dari kegagalan tersebutlah kita dapat belajar untuk menjalankan bisnis yang lebih baik “.  Dari pernyataan tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa kita harus menjadi seorang pengusaha sedini mungkin. Setiap ada peluang untuk memulai suatu usaha, maka kita harus cepat bergerak. Banyak orang yang hanya berfikir tentang usaha yang akan dilakukannya, tanpa adanya langkah kongkrit untuk mewujudkan hal itu, dan hal inilah yang harus diubah oleh masyarakat kita.

Ada beberapa alasan mengapa kita harus jadi pengusaha, diantaranya:

Pertama, panutan kita adalah seorang pengusaha. Sebagai seorang muslim, panutan kita adalah Nabi Muhammad SAW, dimana beliau adalah seorang pengusaha . Nabi Muhammad SAW sudah belajar berdagang semenjak beliau kecil, semenjak masih dalam asuhan Halimah yang mengasuh beliau saat beliau masih kecil. Beliau selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam setiap transaksi perdagangan yang dilakukan, sehingga tak heran jika akhirnya barang dagangannya laris diburu pembeli.

Bukan hanya Nabi Muhammad saja yang menjadi seorang pengusaha, namun banyak dari sahabar-sahabat beliau yang menjadi seorang pengusaha, seperti Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah.  Rata-rata dari para sahabat tersebut ialah mereka adalah yang menyumbangkan sebagian dari harta mereka saat kaum muslimin membutuhkan dana, dan membantu kaum fakir miskin yang dilanda kesulitan ekonomi. Mereka dengan ikhlas memberikan sebagian harta mereka karena mereka tahu dan yakin bahwa setiap sen harta yang mereka miliki adalah titipan dan mereka harus menggunakannya untuk hal yang baik .

Kedua, dengan menjadi pengusaha kita bisa membantu lebih banyak orang . Untuk membantu orang, kita tidak harus menjadi seorang pengusaha. Namun, untuk membantu lebih banyak orang, kita perlu menjadi seorang pengusaha . Kenapa saya berkata lebih banyak orang ? Untuk membantu seseorang, siapapun bisa melakukannya. Ketika ada pengemis di pinggir jalan dan kita memberinya uang, maka kita dapat dikatakan membantu pengemis tersebut. Ketika ada teman kita yang mengalami musibah, kita memberinya bantuan, maka kta bisa disebut membantu teman kita tersebut, dan hal itu bisa dilakukan oleh semua orang, asalkan ia mempunyai niat.

Seorang pengusaha saya katakan dapat membantu lebih banyak orang karena saat ia memiliki seorang karyawan, maka ia telah membantu karyawan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika karyawan tersebut telah mempunyai keluarga, maka skala yang dibantu oleh keluarga tersebut semakin meluas. Saat ia menggaji karyawan tersebut, berarti ia telah membantu kehidupan keluarga tersebut, ia telah membantu anak dari karyawannya agar anaknya bisa mengenyam bangku sekolah . Dan hal itu bisa dilakukan seorang pengusaha hanya dari seorang karwayan. Bagaimana bila ia mempunyai 10 ? 100 ? atau bahkan ribuan karyawan ? berarti semakin banyak pula orang yang ia bantu, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh seorang pengusaha.

Selain itu, dengan menjadi seorang pengusaha berarti kita telah membantu pemerintah kita dalam penyediaan lapangan pekerjaan.  Bukan rahasia lagi jika saat ini banyak sarjana dari perguruan tinggi yang menjadi seorang pengangguran, dan kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah akan hal ini. Menjadi seorang pengusaha atau karyawan adalah pilihan hidup, kita bisa memilih salah satu diantara keduanya dengan menanggung resiko masing-masing. Sehingga , bila kita tidak ingin menjadi beban bagi pemerintah maupun bagi orang tua kita karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, maka saya pikir menjadi pengusaha adalah sebuah pilihan yang tepat.

Ketiga, dengan menjadi seorang pengusaha kita akan memiliki waktu lebih bersama keluarga. Keluarga adalah salah satu elemen terpenting dalam hidup kita, apapun akan kita lakukan untuk membahagiakan keluarga kita.  Dengan menjadi seorang pengusaha, saya pikir kita akan mempunyai waktu yang lebih bersama keluarga kita . JIka kita menjadi seorang karyawan, bisa saja saat Hari Raya Idhul Fitri kita masih dituntut untuk bekerja sehinga tidak bisa berkumpul dengan keluarga tercinta, namun tidak jika kita sebagai pemilik usaha. Kita bisa berlibur beberapa hari untuk berkumpul dengan keluarga kita di hari yang bahagia tersebut.  Selain itu, saat anak-anak kita sedang menjalani liburan kita bisa menemani mereka untuk menjalani waktu-waktu yang berharga sebagai sebuah keluarga, yang tidak semua karyawan bisa melakukannya karena adanya batas cuti yang ditetapkan oleh setiap perusahaan. Namun tentunya semua itu dilakukan dengan pertimbangan agar tidak mengganggu bisnis yang sedang kita jalani.

Itulah 3 alasan utama yang seharusnya mendorong kita untuk menjadi seorang pengusaha. Kita tidak ingin menjadi pengusaha yang bekerja terlalu keras hingga melupakan keluarga dan kebutuhan rohani. Kita tentu ingin menjadi seorang pengusaha yang seimbang, yang menjalankan bisnis, memperhatikan keluarga, dan yang menjalankan kewajiban sebagai pemeluk agama dengan baik . Salam pengusaha !

Sumber gambar:
http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/36148_166627466682513_110745548937372_533098_5101281_n.jpg

Berani Jadi Pengusaha?

Dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia, baru sekitar 400 ribu yang memilih sebagai pengusaha, atau hanya sekitar 0,18% yang berani jadi pengusaha? Lainnya lebih memilih jadi karyawan atau pegawai negeri sipil alias PNS. Coba kalo ada pengumuman penerimaan PNS di departemen X, yang mendaftar bisa puluhan ribu, padahal yang diterima hanya beberapa ratus. Demikian juga, kalo ada lowongan pegawai di perusahaan Y, apalagi perusahaan itu bonafit, pasti yang menyetor berkas lamaran sampai berjibun. Tapi, kalo ada lowongan jadi pengusaha (emang pernah ada?), sepi-sepi aja tuh!

Padahal menurut tokoh pengusaha Indonesia, Ir. Ciputra, agar masalah kemiskinan dan pengangguran teratasi, setidaknya diperlukan 4 juta pengusaha baru dinegara kita. Ya, dengan munculnya para pengusaha, berarti lapangan kerja terbuka semakin lebar. Jika dari 4 juta pengusaha masing-masing membutuhkan 10 tenaga kerja saja, berarti akan ada 40 juta orang yang dipekerjakan. Pengangguran akan berkurang, dan kemiskinan pun bisa teratasi, Jadi, pengusaha adalah sebuah profesi yang sangat mulia, lho. So, jika saat ini baru ada sekitar 400 ribu pengusaha di Indonesia, berarti ada lowongan jadi pengusaha sebanyak 3,6 juta! Wah, banyak juga ya?! Ada yang tertantang?

Tapi, ngomong-ngomong, apa sih yang membuat orang Indonesia enggak berani melirik dunia yang satu ini? dari beberapa sumber yang dikumpulkan, kira-kira inilah biang keroknya.

1. Penjajahan selama 3,5 Abad

Pernah membaca buku-buku sejarah, atau novel-novel bersetting sejarah? disana kamu bakal menemukan, bahwa pada saat kita dijajah belanda, kasta alias derajat tertinggi yang bisa diraih oleh inlander, alias kaum pribumi adalah ketika dia menjadi ambtenaar alias pegawai pemerintahan Belanda. Sekaya apapun seorang inlander, kalo dia hanya berprofesi sebagai saudagar, maka dia akan dicap rendah. Sama dengan orang kebanyakan. Memang hal tersebut sengaja dilestarikan oleh penjajah yang nggak ingin kaum pribumi hidup makmur berkecukupan. So, orang-orang jaman itu, berlomba-lomba sekolah, bukan untuk jadi pengusaha, tetapi hanya pengin diterima sebagai abtenaar.

Nah, ternyata mental seperti itu, diwarisi turun temurun hingga zaman sekarang, tuh! Bahkan, ada pedagang yang sukses yang rela mengeluarkan berpuluh-puluh juta rupiyah buat menyogok aparat agar anak-anaknya bisa jadi PNS. Dia nggak merasa bangga dengan profesi sebagai pedagang, dan menginginkan anaknya bisa jadi 'priyayi' dengan statusnya sebagai PNS.

2. Sistem Pendidikan

Menurut Ir. Ciputra, pendidikan, apalagi di Indonesia juga cenderung membentuk orang untuk menjadi pekerja, bukan menjadi pengusaha. Menurut beliau, pendidikan kewirausahaan ternyata tidak didapat dibangku sekolah manapun, tetapi diperoleh dari kehidupan. Bahkan kita sering mengamati, justru orang-orang yang sukses jadi pengusaha, malah banyak yang sekolahnya nggak sukses-sukses amat. Misalnya Bill Gates, pendiri Microsoft Coorp yang juga salah satu orang terkaya di dunia, doski nggak menyelesaikan kuliahnya di Harvard University. Sementara orang yang nilainya selalu cemerlang, paling banter jadi dosen, pegawai sebuah peusahaan bonafit atau jadi ilmuan. So, pemikiran sebagian besar pelajar adalah sekolah yang baik, dapat nilai tinggi, dan setelah lulus, melamar kesana-kemari cari pekerjaan, ya jadi pengangguran intelektual. Duh, kesiaan deh Lu!

3. Nggak Berani Nanggung Resiko

Banyak orang takut bikin kesalahan, sehingga kita lebih senang tinggal di 'zona nyaman'. Mungkin kita sering dinasehati oleh beberapa orang dewasa, "Udahlah, nggak usah neko-neko... Yang penting kerja yang baik, dapat kerja terus menabung." Ini nih yang dituding oleh Purdi E. Chandra, bos Primagama sekaligus pendiri Entreprenuer University (EU) dalam situs resminya www.purdiechandra.net, sebagai biang kerok, bahkan bisa dibilang yang paling utama. Banyak dari kita yang ingi menjauh dari resiko, alias pingin yang aman-aman saja. Jadi pengusaha, konon resikonya lebih gede, karena kalo salah langkah, perusahaan bisa bangkrut dan modal kita melayang. Emangnya jadi pegawai enggak beresiko? Sebenarnya sama saja. Kalo berusahaan tempat kita bangkrut, kita juga kena PHK kan? bahkan, kalo semua orang berfikir harus jadi pencari kerja, nggak ada yang berani membuka lapangan kerja, negeri ini lama-lama akan hancur karena dipenuhi penganguran.

4. Nggak Punya Mimpi dan Tekad yang Besar

Mimpi besar bukan sembarang mimpi, lho. Jangan menertawakan mimpi ya, karena banyak orang besar bisa sukses karena mimpi. Bahkan untuk menjadi seorang pengusaha, mimpi besar itu termasuk modal yang sangat penting. Begitu juga pendapat Robert Kiyosaki, penulis yang terkenal dengan bukunya yang best seller “Rich Dad Poor Dad”. Tulis beliau, agar kita bisa menjadi pengusaha, maka kita harus punya mimpi, kudu punya tekad besar, dan punya kemampuan untuk belajar, dan punya kemampuan menggunakan dengan benar aset kita, alias modal baik otak, informasi, uang, sumber saya fisik da sebagainya, yang merupakan pemeberian Alloh Subhanallohu Ta’ala.

Coba deh, saat melihat sosok pengusaha sukses misalnya, atau ketika kita memasuki sebuah hotel megah, mall yang besar dan ramai, ladang pertanian yang subur, perkebunan yang luas, peternakan dengan sapi yang gemuk dan putih, bayangkan kalo semua itu adalah milik kita. Mimpi kali yee... tapi, dari mimpilah kita akan memulai ‘petualangan’ dahsyat kita. Yuk, bermimpi!

5. Tidak Terbiasa Bekerja Keras

Penah dengar lagu yang terkenal dari Koes Ploes ini? “Bukan lautan, hanya kolam susu. Kail dan Jala ikut menghidupimu. Tiada topan tiada badai kau temui. Ikan dan udang ikut menghampirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tempat tongkat dan kayu jadi tanaman.”

Waah, kita tuh, sebagai penduduk indonesia, memang sangat-sangat dimanjakan oleh alam. Lautan kita memberikan berbagai macam hasil yang bisa kita manfaatkan. Tanah kita pun sangat subur, tongkat ditancapkan pun bisa jadi tanaman. Itu mungkin yang membuat bangsa kita relatif ‘manja’, ya? Bandingkan dengan para penduduk eropa atau amerika utara yang setiap musim dingin kudu kedinginan. Toh, karena alam enggak terlalu besahabat, mereka justru tertantang untuk melakukan hal-hal besar. Para pengusaha mereka berlayar sampai ke Asia Tenggara untuk mencari rempah-rempah dan berdagang. Hasilnya, sekarang mereka menjadi negara-negara yang maju.

Disalin dari majalah gizone edisi 18/th.2/Oktober 2010

Sumber gambar: 
http://revolsirait.com/wp-content/uploads/2009/02/biografi-pengusaha1.jpg

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha , Car Price in India