Mengenal Jamur Tiram Putih
Diantara banyak jenis jamur yang sedang baik prospeknya adalah Jamur Tiram Putih (Pleuratus ostreatus sp).
Teknik Pembibitan Jamur Tiram
Biakan murni adalah bibit awal dari jamur tiram. Bibit inilah yang kemudian diperbanyak untuk bibit induk dan bibit tanam.
Proses Pembuatan Media Jamur Tiram
Langkah selanjutnya dalam budidaya jamur tiram adalah mempersiapkan peralatan dan bahan pendukung untuk membuat media tanam jamur tiram.
Jamur Tiram Strain Baru
07.53
Khoirul Huda
No comments
Tiga jamur tiram terunggul.Produktivitas membubung hingga 91 ton per 1.000 m2 luas kumbung, hampir dua kali lipat produksi tiram strain lokal.
Ketiga strain baru itu adalah emas, ratu, dan zafira hasil penelitian
periset di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, yakni Dr Etty Sumiati MS,
Ir Diny Djuariah, Dr Ahsol Hasyim, dan Dr Eri Sofiari. Pada pengujung
2011, mereka merilis tiga strain baru itu sehingga memberi secercah
harapan bagi para pekebun jamur tiram yang kini marak di berbagai
daerah. Para pekebun itu memanfaatkan strain lokal dan menuai rata-rata
200 g jamur per kg substrat (baglog) dalam waktu 3 bulan.
Salah satu penyebab rendahnya produksi adalah kualitas bibit yang
tidak terseleksi. Jika mereka beralih membudidayakan strain jamur tiram
unggul, emas, ratu, atau zafira, peluang meningkatkan produksi terbuka
lebar. Sekadar contoh, produktivitas emas, misalnya, mencapai 91 ton per
1.000 m2. Di kumbung seluas itu, pekebun dapat
membudidayakan 180.000 baglog berbobot satu kg jika posisi baglog
berdiri, sementara jika berbaring, 260.000 baglog atau produktivitas
antara 350—500 gram per baglog.
Produksi stabil
Menurut Etty secara akumulasi tidak ada perbedaan produksi yang
signifikan antara baglog berdiri dan berbaring jika strain sama. Posisi
baglog berdiri menghasilkan tudung tiram merekah sempurna sehingga bobot
bisa maksimal, di atas 500 gram per baglog berbobot 1 kg. Produksi
sebuah baglog berbobot 1 kg dengan posisi berbaring hanya 350 gram.
Namun, karena populasi meningkat 80.000 baglog dari posisi berdiri, maka
secara keseluruhan produktivitas per kumbung pun tinggi.
Mari bandingkan dengan strain lokal. Pada posisi baglog berdiri,
menghasilkan 300 gram per baglog atau total 57 ton dari total jenderal
180.000 baglog. Namun, ketika posisi baglog berbaring, maka produksi
sebuah baglog rata-rata berbobot 1 kg, hanya 200 gram. Dari uji coba
itu, terbukti bahwa ketiga strain jamur tiram baru memang unggul,
produksi membubung, di atas 300 g per kg baglog dengan posisi berdiri.
Jika bobot sebuah baglog rata-rata 1 kg, maka produksi pun meningkat
menjadi di atas 500 gram.
Hebatnya produksi itu stabil sepanjang tahun. Artinya budidaya tiram
strain emas pada musim hujan atau kemarau, pekebun akan menuai produksi
yang relatif sama. Strain emas mempunyai daya adaptasi luas dari suhu
udara 10—270C itu dan masa produksi panjang hingga 3,8 bulan. “Diameter buah pun besar mencapai 8—9,71 cm,” tutur Etty.
Strain ratu mampu beradaptasi dari suhu 10—250C. Produksi ratu mencapai 51,22—81,94 ton per 1.000 m2.
Tipe tudung buah strain ratu menyerupai terompet yang lentur sehingga
tidak mudah pecah. Waktu awal panen strain ratu hanya 38 hari dan
rentang masa produksi mencapai 3,9 bulan. Kadar air ratu 91,62—93,75%
sehingga ratu tahan simpan 2—3 hari pada suhu ruangan.
Rendah oke
Strain tiram lain, zafira yang adaptif pada suhu 10—250C, mampu berproduksi 50,48—78,70 ton per 1.000 m2.
Tudung buah zafira amat lentur dan berbentuk tiram. Strain zafira mulai
berproduksi 37 hari pascainokulasi dan masa produksinya 3,8 bulan.
Ketiga varietas itu beradaptasi baik dari ketinggian 700—1.250 meter di atas permukaan laut. Menurut Etty, peluncuran 3 strain tiram
unggul itu merupakan kali pertama dalam sejarah budidaya jamur di
Indonesia. “Sebelumnya belum pernah ada varietas unggul tiram,” kata
Etty.
Para pekebun tiram di dataran rendah tetap dapat membudidayakan trio
tiram unggul itu. “Syaratnya menyediakan lingkungan mikro yang sesuai
untuk tumbuh kembang tiram,” kata Etty. Tiram menghendaki suhu 10—270C
agar tumbuh optimal, kelembapan di atas 80%, dan intensitas cahaya 10%
alias remang-remang. Jika semua kondisi itu terpenuhi, ketinggian tempat
bukan masalah untuk membudidayakan strain tiram unggul itu.
Etty dan rekan memulai riset tiram unggul pada 2003. Saat itu mereka
menguji daya hasil dan daya kualitas 78 strain tiram introduksi. Hasil
pengujian antara lain, produksi relatif tinggi, yakni di atas 300 g per
kg substrat, konsumen menyukai cita rasa, penampilan menarik, dan tahan
simpan 2—3 hari dalam suhu kamar, sekitar 270C. Dari pengujian itu, mereka menetapkan 5 strain unggul berkode 1, 30, 37, 38, dan 46 yang akan menjalani uji multilokasi.
Uji multilokasi pada 2009 itu di 4 lokasi, yakni Desa Jambudipa,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, berketinggian 1.200 meter di
atas permukaan laut; Desa Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten
Bandung, (1.000 m dpl), dan Desa Tangkil, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor (700 m dpl). Ketiga sentra jamur itu di Provinsi Jawa Barat. Satu
area lagi adalah Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Kabupaten
Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, berketinggian 850 m dpl.
Etty sejatinya sudah membagikan strain emas kepada pekebun dan pihak
terkait di seluruh Indonesia. Para pekebun yang baru mendengar kabar
pun tak ketinggalan antusias menyambut kehadiran tiram unggul itu.
Pekebun tiram di Indramayu, Jawa Barat, Ito Sumitro, misalnya, berencana
memanfaatkannya. Produksi menjulang tinggi memang menjadi daya tarik
bagi para pekebun tiram. (Faiz Yajri)
Sumber artikel dan gambar : trubus-online.co.id dengan judul "Tiram Baru Panen Dua Kali Lipat".
Meningkatkan Produksi Jamur Tiram
21.02
Khoirul Huda
No comments
Satu hal lagi yang menarik bagi saya, ternyata ada beberapa cara yang cukup 'unik' untuk meningkatkan produksi jamur tiram, diantaranya yaitu dengan cara disuntik. Cara tersebut dan beberapa cara lain telah dimuat di situs trubus-online.co.id pada tanggal 3 juni 2010 dengan judul: "Tiram Disuntik Jadi Produktif", pada artikel tersebut, disebutkan ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mendongkrak/meningkatkan produksi jamur tiram. Diantara adalah sebagai berikut:
1. Disuntik
Prof Dr Ir Agus Sugianto ST. MP. bukan seorang praktikus medis.
Namun, sejak 2003 dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang itu
akrab dengan alat suntik. Alat itu bukan untuk menyuntikkan obat kepada
pasien, melainkan ramuan nutrisi ke dalam baglog jamur tiram.
Agus menyuntikkan 20 ml nutrisi ramuannya pada media yang telah
disterilisasi. Setelah itu, bibit jamur tiram diinokulasikan ke dalam
media, lalu disimpan di ruang inkubasi. Pada 30 hari pascaperlakuan,
baglog berbobot 1,5 kg itu sudah bisa dibuka untuk menumbuhkan tubuh
buah, biasanya 45 hari. Karena masa produksi lebih awal, maka jumlah
jamur yang dipanen hingga akhir produksi (biasanya 6 bulan, red) lebih tinggi. ‘Pengalaman pekebun hasil panen meningkat hingga 68,7%,’ katanya.
Ramuan nutrisi itu terbuat dari larutan molase alias limbah
pengolahan gula. Satu mililiter molase dengan kadar gula rata-rata 30 -
40% dilarutkan dalam 100 ml air atau konsentrasi 1%. Agus juga
menambahkan ragi, vitamin, dan protein untuk memacu pertumbuhan.
Menurut Agus, sel-sel pada jamur tiram memerlukan karbon berantai 6
(C6) untuk pertumbuhan. Kebutuhan karbon itu memang bisa dipenuhi dengan
mengurai serbuk kayu dan dedak yang menjadi bahan utama media jamur.
Sayang, ‘Susunan karbon serbuk kayu masih terlalu kompleks sehingga
butuh waktu lebih lama hingga siap dimanfaatkan,’ ujar Agus. Dengan
ramuan itu, Agus memberikan karbon dari gula reduksi yang lebih
sederhana sehingga lebih cepat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jamur.
2. Rel kereta
Di Blitar, Jawa Timur, Agoes Poernomo memanfaatkan getaran dari
kereta api yang melintas di dekat lokasi kumbung dan alunan musik.
Kombinasi kedua cara itu meningkatkan produksi jamur hingga 4%.
Ide nyeleneh itu terinspirasi kebiasaan waktu kecil. ‘Kata orangtua
kalau ada jamur tumbuh di musim hujan, injak tanah di sekitar tumbuh
jamur sekeras-kerasnya beberapa kali. Keesokan hari biasanya muncul
jamur-jamur baru,’ kata Agoes. Agoes memanfaatkan getaran dari kereta
api dan musik untuk merontokkan basidiospora yang terdapat pada lamela
di bagian bawah tudung jamur.
Basidiospora yang jatuh di permukaan baglog akan berkecambah
membentuk miselium monokariotik alias miselium berinti satu. Miselium
itu terus tumbuh hingga membentuk jalinan hifa mirip benang. Hifa itu
akan menyatu dengan hifa lain yang kompatibel membentuk hifa dikariotik.
Bila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10 - 20oC, kelembapan 85 - 90%, cahaya cukup, dan kadar C02 <1.000 ppm), akan terbentuk tubuh buah.
Menurut Ir NS Adiyuwono, praktikus jamur tiram di Bandung, Jawa
Barat, pemanfaatan getaran atau goncangan untuk mendongkrak produksi
jamur sudah diterapkan pekebun di Singapura disebut dengan teknologi
shifting. Mereka memindahkan baglog setiap hari. Saat pemindahan itu
baglog ikut tergoncang sehingga banyak spora jatuh. Cara itu diadopsi
para pekebun tiram di Majalengka, Jawa Barat. Hasil pengamatan
Adiyuwono, cara itu mempercepat munculnya tubuh buah 2 hari.
3. Lantunan Al-Quran
Menurut Agus Sugianto, gelombang suara dari musik menggetarkan
molekul udara. Molekul udara yang bergetar akan menggetarkan molekul
udara lain. Pada saat yang sama terjadi perpindahan energi antarmolekul.
Energi itulah yang memacu metabolisme sel-sel jamur. ‘Penyerapan
nutrisi dan aktivitas enzim yang dihasilkan jamur semakin optimal,’ kata
guru besar bidang ilmu bioteknologi jamur pangan itu.
Agus membuktikan peran gelombang suara terhadap pertumbuhan jamur. Ia
menyetel beragam aliran musik seperti pop dan dangdut, serta lantunan
ayat suci Al-Quran di dalam ruang inkubasi. Volume suara diatur hanya
separuh dari volume maksimum pada tape. ‘Frekuensinya tidak lebih dari
400 hertz,’ kata Agus.
Hasil penelitian menunjukkan baglog jamur yang diberi lantunan ayat
suci saat inkubasi memacu pertumbuhan miselium lebih cepat ketimbang
jenis musik lain dan kontrol. Pada hari ke-15, miselium sudah merata di
sekujur baglog sehingga bisa dibuka untuk menumbuhkan tubuh buah.
Sedangkan baglog kontrol alias tanpa perlakuan butuh waktu 45 hari.
Belum diketahui pasti duduk perkara lantunan ayat suci memacu
pertumbuhan miselium lebih cepat. ‘Mungkin frekuensi lantunan ayat suci
paling ideal bagi pertumbuhan jamur,’ kata Agus.
4. Medan magnet
Di Bandung, Jawa Barat, Dr I Nyoman Pugeg Aryantha, ahli jamur dari
Sekolah Teknologi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB), meneliti
peran medan magnet bagi pertumbuhan jamur. Baglog yang sudah diselimuti
miselium disimpan dalam inkubator medan magnet yang terbuat dari
kumparan solenoida. Kumparan dialiri arus listrik untuk membangkitkan
medan magnet.
Hasil penelitian menunjukkan hasil panen dari baglog yang terpapar
medan magnet selama 1 bulan, lebih tinggi 50 - 69% dibanding kelompok
kontrol. ‘Medan magnet berpengaruh terhadap sintesis protein tertentu
yang memacu pertumbuhan tubuh buah jamur tiram,’ kata doktor mikologi
dari Universitas Melbourne di Australia itu. Beragam cara itu menjadi
pilihan bagi pekebun untuk mendongkrak produksi jamur. ‘Tinggal pilih
mana yang lebih ekonomis,’ tutur NS Adiyuwono. (Imam Wiguna/Peliput: Faiz Yajri)
- Molase, sumber karbon sederhana untuk mempercepat pertumbuhan jamur
- Gelombang suara tingkatkan metabolisme sel sehingga aktivitas enzim dan penyerapan nutrisi optimal
- Medan magnet mempengaruhi sintesis protein tertentu yang memacu pertumbuhan tubuh buah jamur tiram
- Doktor I Nyoman Pugeg Aryantha, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB, dongkrak produksi jamur dengan medan magnet
Sumber gambar: http://www.trubus-online.co.id/images/resized/images/stories/media044/hal-18-19-3_200_200.jpg