Mengapa Bibit Jamur Tidak Merambat?

Tidak semua jalan itu lurus, terkadang berliku bahkan tidak jarang menemui jalan yang terjal. Begitu juga dalam usaha budidaya jamur tiram, tidak semua produksi kita sukses, ada saja kendala dalam produksi baglog jamur. Terkadang baglog kurang padat, terlalu kering/basah, kontam, miselium lambat , bahkan mati. Diantara kendala tersebut, kendala miselium mati masih menjadi misteri oleh sebagian pembudidaya jamur. Mengapa bibit yang ditanam tidak merambat? Bibit yang tidak merambat disebabkan oleh 2 hal, pertama karena bibitnya dan kedua karena medianya.

Setiap bibit memiliki viabilitas yang berbeda, ada yang kuat dan ada yang lemah. Bibit yang memiliki viabilitas lemah beresiko  gagal produksi karena miselium tidak mampu beradaptasi pada media baru. Ciri-ciri bibit dengan viabilitas rendah adalah ketika ditebar dibaglog dalam waktu 1-2 hari tidak mengembang. Selain faktor bibit, faktor media juga berpengaruh. Media yang tidak sesuai menyebabkan miselium sulit berkembang, dan akhirnya mati.

Bagaimana membedakan bibit tersebut mati karena bibit atau karena media tanamnya? uji coba bibitnya dulu. Caranya cukup mudah, kita korek dulu bagian bibit yang paling atas 2-4 cm kemudian diamkan selama 1-2 hari, kalo bibit mengembang berarti bibitnya tidak masalah. Kalo bibitnya tidak bermasalah, maka dapat disimpulkan bahwa yang bermasalah adalah medianya, maka kita perlu melakukan evaluasi pada proses pembuatannya.

Baglog harus kita evaluasi, apa yang salah? evaluasi dari serbuk kayu, bekatul, kapur, dan air yang kita gunakan. Kalo semua sama. Maka kita evaluasi proses pembuatannya, meliputi pencampuran, sterilisasi, inokulasi, dan inkubasi. Tapi menurut pengalaman kami, faktor utama  bibit tidak berambat adalah faktor pH yang rendah. Ph yang rendah seringkali disebabkan oleh proses pengolahan yang tidak baik.

Beberapa penyebab pH rendah adalah baglog tidak langsung disterilisasi. Baglog akan berubah menjadi lebih asam, karena ada proses dekomposisi yang belum sempurna oleh mikroorganisme.  Mikroorganisme akan mengubah bahan organik menjadi asam organik. pH media yang paling baik adalah pH netral yaitu diangka 7-8. pH yang tidak sesuai akan menghambat pertumbuhan miselium. Untuk mengantisipasinya bisa dengan baglog langsung sterilisasi. Kalau ada kendala, bisa dengan menambah kapur, mengurangi bekatul, bisa juga dengan mengurangi kadar air baglog.

Tambahan:

Kalo yang tidak merambat 1-2 persen, kemungkinan itu disebabkan oleh bibit bagian paling atas. Bibit paling atas mempunyai viabilitas paling rendah yang berasal dari media indukan. Miselium bibit induk merambat ke media baru, sehingga miselium pada bagian atas berkurang jumlahnya. Baiknya media paling atas 1-2 cm dibuang, atau pada inokulasi baglog pertama dan kedua bibit diperbabanyak.

Untuk mengukur tingat keasaman media baglog, bisa menggunakan pH meter tanah.

Batang, 1 April 2017

Pakai Bibit F3, Siapa Takut?

Pada awalnya bibit sebar menggunakan f3, namun karena produsen bibit sekarang mampu memproduksi bibit f2 dalam jumlah besar maka sekarang bibit sebar banyak yang menggunakan f2, bahkan dibeberapa tempat ada yang menggunakan bibit f1 sebagai bibit sebar, harganya pun bersaing. F1 yang tadinya 50-100rb/botol, sekarang diobral 10-20rb/botol, bahkan ada yang jual 6.000/botol.

Betul, kalau dikatakan bahwa f2 lebih baik dari f3, f1 lebih baik dari f2, tapi itu dari indukan yang sama, namun apabila kita membandingkan antar produsen bibit jamur maka hukum itu tidak berlaku. Bibit f1 nya produsen A belum tentu lebih baik dari bibit f2 nya produsen B. Jangan kawatir menggunakan bibit f3 karena produsen bibit f3 punya banyak pertimbangan, salah satunya adalah melatih bibit untuk beradaptasi, yaitu dengan menambah serbuk setiap ada peremajaan sampai bibit siap ditanam di baglog.

Kualitas bibit tidak hanya tergantung dar f berapa. Namun, ditentukan oleh banyak faktor seperti bibit induk, media bibit, nutrisi, kadar air, umur bibit, penyimpanan dll. Tapi, yang terpenting adalah indukannya alias biakan murninya (f0), kalau bagus f0 nya maka mau berkali-kali diturunkan jadi f berapa pun gak masalah, kalo f0 nya jelek mau diturunkan jadi f1 terus ditanam dibaglog juga hasilnya jelek.

Walau begitu, kita harus menerapkan SOP dalam pembuatan bibit jamur tiram, dan harus tahu biakan yang seperti apa yang dapat diturunkan berkali-kali dan biakan yang diturunkan beberapa kali saja. Jadi, yang penting bukan f berapa, tapi apakah bibit tersebut mempunyai viabilitas yang baik?

Kalau kita merujuk pada UU Benih No. 19 tahun 1992, maka benih digolongkan menjadi 4 tingkat. Pertama, Benih Penjenis (BS), kedua Benih Dasar (BD), ketiga Benih Pokok (BP), dan ke empat Benih Sebar (BR). Kita bisa samakan dengan bibit  jamur. BS setara dengan f0, BD setara dengan f1, BP setara dengan f2, dan BR setara dengan f3. Nah, harusnya yang dijadikan bibit sebar adalah f3 kan, bukan f2 apalagi f1?.

So, jangan ragu pake f3 ya?

Batang, 16 september 2016

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha , Car Price in India