Satu hal lagi yang menarik bagi saya, ternyata ada beberapa cara yang cukup 'unik' untuk meningkatkan produksi jamur tiram, diantaranya yaitu dengan cara disuntik. Cara tersebut dan beberapa cara lain telah dimuat di situs trubus-online.co.id pada tanggal 3 juni 2010 dengan judul: "Tiram Disuntik Jadi Produktif", pada artikel tersebut, disebutkan ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mendongkrak/meningkatkan produksi jamur tiram. Diantara adalah sebagai berikut:
1. Disuntik
Prof Dr Ir Agus Sugianto ST. MP. bukan seorang praktikus medis.
Namun, sejak 2003 dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang itu
akrab dengan alat suntik. Alat itu bukan untuk menyuntikkan obat kepada
pasien, melainkan ramuan nutrisi ke dalam baglog jamur tiram.
Agus menyuntikkan 20 ml nutrisi ramuannya pada media yang telah
disterilisasi. Setelah itu, bibit jamur tiram diinokulasikan ke dalam
media, lalu disimpan di ruang inkubasi. Pada 30 hari pascaperlakuan,
baglog berbobot 1,5 kg itu sudah bisa dibuka untuk menumbuhkan tubuh
buah, biasanya 45 hari. Karena masa produksi lebih awal, maka jumlah
jamur yang dipanen hingga akhir produksi (biasanya 6 bulan, red) lebih tinggi. ‘Pengalaman pekebun hasil panen meningkat hingga 68,7%,’ katanya.
Ramuan nutrisi itu terbuat dari larutan molase alias limbah
pengolahan gula. Satu mililiter molase dengan kadar gula rata-rata 30 -
40% dilarutkan dalam 100 ml air atau konsentrasi 1%. Agus juga
menambahkan ragi, vitamin, dan protein untuk memacu pertumbuhan.
Menurut Agus, sel-sel pada jamur tiram memerlukan karbon berantai 6
(C6) untuk pertumbuhan. Kebutuhan karbon itu memang bisa dipenuhi dengan
mengurai serbuk kayu dan dedak yang menjadi bahan utama media jamur.
Sayang, ‘Susunan karbon serbuk kayu masih terlalu kompleks sehingga
butuh waktu lebih lama hingga siap dimanfaatkan,’ ujar Agus. Dengan
ramuan itu, Agus memberikan karbon dari gula reduksi yang lebih
sederhana sehingga lebih cepat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jamur.
2. Rel kereta
Di Blitar, Jawa Timur, Agoes Poernomo memanfaatkan getaran dari
kereta api yang melintas di dekat lokasi kumbung dan alunan musik.
Kombinasi kedua cara itu meningkatkan produksi jamur hingga 4%.
Ide nyeleneh itu terinspirasi kebiasaan waktu kecil. ‘Kata orangtua
kalau ada jamur tumbuh di musim hujan, injak tanah di sekitar tumbuh
jamur sekeras-kerasnya beberapa kali. Keesokan hari biasanya muncul
jamur-jamur baru,’ kata Agoes. Agoes memanfaatkan getaran dari kereta
api dan musik untuk merontokkan basidiospora yang terdapat pada lamela
di bagian bawah tudung jamur.
Basidiospora yang jatuh di permukaan baglog akan berkecambah
membentuk miselium monokariotik alias miselium berinti satu. Miselium
itu terus tumbuh hingga membentuk jalinan hifa mirip benang. Hifa itu
akan menyatu dengan hifa lain yang kompatibel membentuk hifa dikariotik.
Bila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10 - 20oC, kelembapan 85 - 90%, cahaya cukup, dan kadar C02 <1.000 ppm), akan terbentuk tubuh buah.
Menurut Ir NS Adiyuwono, praktikus jamur tiram di Bandung, Jawa
Barat, pemanfaatan getaran atau goncangan untuk mendongkrak produksi
jamur sudah diterapkan pekebun di Singapura disebut dengan teknologi
shifting. Mereka memindahkan baglog setiap hari. Saat pemindahan itu
baglog ikut tergoncang sehingga banyak spora jatuh. Cara itu diadopsi
para pekebun tiram di Majalengka, Jawa Barat. Hasil pengamatan
Adiyuwono, cara itu mempercepat munculnya tubuh buah 2 hari.
3. Lantunan Al-Quran
Menurut Agus Sugianto, gelombang suara dari musik menggetarkan
molekul udara. Molekul udara yang bergetar akan menggetarkan molekul
udara lain. Pada saat yang sama terjadi perpindahan energi antarmolekul.
Energi itulah yang memacu metabolisme sel-sel jamur. ‘Penyerapan
nutrisi dan aktivitas enzim yang dihasilkan jamur semakin optimal,’ kata
guru besar bidang ilmu bioteknologi jamur pangan itu.
Agus membuktikan peran gelombang suara terhadap pertumbuhan jamur. Ia
menyetel beragam aliran musik seperti pop dan dangdut, serta lantunan
ayat suci Al-Quran di dalam ruang inkubasi. Volume suara diatur hanya
separuh dari volume maksimum pada tape. ‘Frekuensinya tidak lebih dari
400 hertz,’ kata Agus.
Hasil penelitian menunjukkan baglog jamur yang diberi lantunan ayat
suci saat inkubasi memacu pertumbuhan miselium lebih cepat ketimbang
jenis musik lain dan kontrol. Pada hari ke-15, miselium sudah merata di
sekujur baglog sehingga bisa dibuka untuk menumbuhkan tubuh buah.
Sedangkan baglog kontrol alias tanpa perlakuan butuh waktu 45 hari.
Belum diketahui pasti duduk perkara lantunan ayat suci memacu
pertumbuhan miselium lebih cepat. ‘Mungkin frekuensi lantunan ayat suci
paling ideal bagi pertumbuhan jamur,’ kata Agus.
4. Medan magnet
Di Bandung, Jawa Barat, Dr I Nyoman Pugeg Aryantha, ahli jamur dari
Sekolah Teknologi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB), meneliti
peran medan magnet bagi pertumbuhan jamur. Baglog yang sudah diselimuti
miselium disimpan dalam inkubator medan magnet yang terbuat dari
kumparan solenoida. Kumparan dialiri arus listrik untuk membangkitkan
medan magnet.
Hasil penelitian menunjukkan hasil panen dari baglog yang terpapar
medan magnet selama 1 bulan, lebih tinggi 50 - 69% dibanding kelompok
kontrol. ‘Medan magnet berpengaruh terhadap sintesis protein tertentu
yang memacu pertumbuhan tubuh buah jamur tiram,’ kata doktor mikologi
dari Universitas Melbourne di Australia itu. Beragam cara itu menjadi
pilihan bagi pekebun untuk mendongkrak produksi jamur. ‘Tinggal pilih
mana yang lebih ekonomis,’ tutur NS Adiyuwono. (Imam Wiguna/Peliput: Faiz Yajri)
- Molase, sumber karbon sederhana untuk mempercepat pertumbuhan jamur
- Gelombang suara tingkatkan metabolisme sel sehingga aktivitas enzim dan penyerapan nutrisi optimal
- Medan magnet mempengaruhi sintesis protein tertentu yang memacu pertumbuhan tubuh buah jamur tiram
- Doktor I Nyoman Pugeg Aryantha, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB, dongkrak produksi jamur dengan medan magnet
Sumber gambar: http://www.trubus-online.co.id/images/resized/images/stories/media044/hal-18-19-3_200_200.jpg
0 komentar :
Posting Komentar