Perawatan Baglog Jamur Tiram

Baglog yang tidak dirawat akan menghasilkan jamur tiram yang tidak maksimal. Hasil yang akan diperoleh akan jauh berkurang dari yang seharusnya, dikarenakan jamur tiram terhambat pertumbuhannya. Misalnya baglog (sengon) ukuran 1 kg biasanya menghasilkan 350-400 g apabila dipelihara dengan baik, maka jumlah tersebut akan menyusut menjadi 250-300 g apabila baglog tidak mendapat perawatan yang baik. Perawatan baglog sebenarnya cukup sederhana.

Berikut tahapan pemeliharaan jamur tiram setelah di inkubasi: 
  1. Pindahkan baglog yang miseliumnya sudah penuh dari tempat inkubasi ke dalam kumbung jamur, kemuidian tata dirak-rak yang ada. Tata dengan selang-seling, maksudnya: kalo baglog yang bawah cicin baglognya ada di depan, maka baglog atasnya hadapkan cincinnya ke belakang, dst, sampai 5 tingkat atau lebih. Kemudian rapikan. 
  2. Buka kertas/kapas penutup baglog, kemudian semprot secara halus dengan air, bisa menggunakan semprotan tangan, atau pake semprotan gendong, atau pake kompressor, dll. Penyiraman ini tergantung dari musim, cuaca, dan jumlah air yang kita semprotkan ke baglog. Bisa 2 kali sehari (musim kemarau), 1 kali sehari (musim hujan), atau bahkan 2 hari sekali. 
  3. Penyiraman ini bertujuan untuk menjaga permukaan baglog agar selalu basah (tidak mengering), usahakan setiap penyemprotan air mengenai permukaan baglog, namun jangan berlebihan karena baglog bisa membusuk, sehingga dapat memicu hama dan penyakit. Intinya cukup sekadar basah.
  4. Setelah panen pertama, bagian belakang baglog disobek menggunakan cutter sebanyak 2 goresan kira-kira 4-5 cm (tergantung selera), hal ini untuk mempercepat produksi dan memudahkan miselium belakang agar membentuk pinhead. Setelah panen ke 2/3 dari baglog depan, bersihkan permukaan baglog dengan cara mengerik/mencongkel. Permukaan baglog yang kotor akan menghambat pertumbuhan jamur berikutnya. 
  5. Setelah baglog berumur 3-4 bulan, produktifitas baglog sudah sangat menurun, biasanya jamurnya sudah kecil-kecil dan interval pertumbuhannya lama sehingga perlu diganti dengan baglog yang baru. Baglog yang habis pake bisa digunakan untuk campuran baglog, bisa juga digunakan untuk membuat kompos, silahkan lihat: Membuat Pupuk Kompos dari Baglog Jamur
Poin diatas adalah pemeliharaan jamur tiram yang biasa saya lakukan. Dari beberapa poin diatas ada beberapa pemeliharaan lain sebenarnya, seperti pemberian nutrisi tambahan dan pembukaan plastik pada baglog depan. Untuk pemberian nutrisi tambahan untuk memacu pertumbuhan jamur tiram silahkan lihat: Ramuan Pemacu Pertumbuhan Jamur Tiram. Sedangkan pembukaan plastik pada baglog depan seetelah penen ke 2/3 yang dilakukan oleh beberapa petani menurut saya kurang efektif, karena beresiko permukaan baglog tersebut akan cepat mengering sehingga akan menghambat pertumbuhan pinhead. 

Memang pada awalnya pertumbuhan pinheadnya banyak, namun jamurnya kecil-kecil setelah itu mengering, apalagi di dataran rendah yang cenderung lebih panas. Ada yang mensiasatinya dengan cara memotong bagian kering tersebut. Ya mungkin bisa dilakukan, namun berapa repot dan melelahkannya cara tersebut apalagi dengan sistem baglog tidur akan mempersulit proses pemotongan baglog tersebut. 

Sekian dari saya, semoga bermanfaat..!! 

Purwokerto, 30 November 2012

Sumber gambar: http://jamurtirampekanbaru.files.wordpress.com/2012/06/jamur-tiram1.jpg

Panen dan Pasca Panen Jamur Tiram

Tahap akhir dari budidaya jamur tiram adalah panen dan penanganan pasca panen. Cara panen dan penanganan yang kurang tepat akan menurunkan kualitas hasil panen, dengan demikian pengetahuan tentang cara panen dan pasca panen harus kita miliki, sehingga hasil panen jamur tiram sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Ok, pembahasan kita mulai dengan panen dan selanjutnya penanganannya, selamat menyimak... 

Pemanenan

Sebelum kita memulai panen jamur tiram maka perlu mengetahui ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen, ciri-cirinya adalah: tudung belum mekar penuh, warna belum pudar, spora belum dilepaskan, tekstur masih kokoh dan lentur. Poin-poin diatas merupakan ciri-ciri jamur yang masih muda. Sedangkan ciri-ciri jamur tiram yang sudah tua adalah tudung sudah mekar penuh (ditandai dengan pinggir jamur yang sudah bergelombang/pecah-pecah), warna putih mulai memudar (kekuningan), spora sudah berterbangan, tekstur lembek dan berair. 

Intinya adalah kita memanen jamur pada saat masih muda, karena jamur yang tua sudah berkurang kualitasnya. Jamur tiram yang dipanen pada saat muda mempunyai daya tahan lebih lama daripada jamur tiram yang dipanen dalam keadaan sudah tua, karena kandungan airnya lebih sedikit, kondisi jamurnya yang masih fresh menjadikan kerusakan jaringannya akan lebih lama, dan biasanya lebih disukai konsumen daripada yang tua. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah: 
  1. Sebelum memanen sebaikknya memakai masker, karena spora jamur yang terhirup bisa mengganggu kesehatan. 
  2. Pemanenan jamur dilakukan dengan teknik/cara mencabut seluruh tanaman jamur yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya sisa akar atau batang tertinggal.
  3. Sisa akar jamur yang tertinggal harus dibersihkan, karena sisa akar yang tertinggal akan membusuk dan akan menghambat pertumbuhan jamur berikutnya. 
  4. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan memotong bagian/cabang jamur yang berukuran besar saja, sebab sisa jamur yang ditinggalkan tersebut tidak akan tumbuh menjadi besar, bahkan akan layu/mati.
  5. Jamur yang telah dipanen, pada bagian akarnya masih banyak menempel kotoran berupa serbuk kayu, sehingga pada bagian akar tersebut harus dibersihkan dengan memotong bagian tersebut dengan menggunakan pisau yang bersih (lebih baik pisau stainless steel).
  6. Pemotongan bagian jamur tidak perlu dipotong pada setiap cabang-cabangnya, sebab apabila hal tersebut dilakukan akan memacu tingkat kerusakan jamur, seperti cepat layu atau cepat busuk.
  7. Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar kesegaran jamur dapat dipertahankan, dan untuk mempermudah dalam pemasarannya. 
Pasca Panen 

Setelah dipanen, maka perlu diperhatikan penanganannya agar kualitas jamur tiram yang sampai ke konsumen terjaga kualitasnya. Bebera hal yang perlu diperhatikan adalah: 
  1. Jamur yang telah dipanen dibersihkan kemudian diseleksi antara jamur yang rusak dengan jamur yang baik. Jamur yang baik berciri-ciri: besar, kering, putih bersih, dan bebas dari hama penyakit. 
  2. Setelah disortir/diseleksi jamur kemudian diwadahi dalam kantong plastik ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg, (atau ukuran lainnya sesuai selera konsumen) dan siap dipasarkan. 
  3. Untuk mempertahankan umur simpan, jamur tiram bisa dikemas ke dalam plastik kemudian di simpan dalam pendingin (kulkas) pada suhu 10-15’C. 
  4. Jamur dapat diolah menjadi makanan yang mempunyai nilai tambah lebih seperti dalam bentuk pepes jamur, sate jamur, sop jamur, tumis jamur, dendeng jamur, jamur lapis tepung, kripik jamur, abon jamur, pangsit jamur, dll. 
Oke, sekian pembahasan dari saya.. Sekian dan semoga bermanfaat..!!! 
 
Purwokerto, 27 November 2012

Pemeliharaan Biakan Murni Jamur Tiram

Biakan murni jamur yang disimpan sering kali mengalami perubahan sifat. Oleh karena itu, biakan murni hendaknya dipelihara dengan baik. Ada beberapa metode untuk memelihara biakan murni jamur, yaitu pemindahan berkala, pemberian oksigen terbatas, kelaparan akan nutrien, hofilisasi, dan pembekuan menggunakan nitrogen cair. Cara pemeliharaan biakan murni yang umum diterapkan oleh pembibit jamur ialah pemindahan berkala. Semua pekerjaan yang melibatkan jamur dalam metode pemeliharaan harus dilakukan secara aseptik. Berikut ini akan dijelaskan beberapa cara pemeliharaan biakan murni secara terperinci. 

1. Pemindahan berkala 

Pemindahan berkala pada media agar-agar miring merupakan cara paling umum dilakukan. Sebagian besar biakan murni jamur dapat disimpan pada suhu kamar (sekitar 27’C) atau di dalam lemari es (sekitar 10’C). Namun, penyimpanan pada suhu kamar berakibat media agar-agar cepat mengering sehingga biakan akan mati. Penyimpanan di dalam lemari es tidak mengakibatkan media agar-agar cepat mengering, tetapi tidak semua jenis jamur dapat hidup pada suhu rendah. Sebagai contoh biakan murni jamur merang jangan disimpan di dalam lemari es.

Salah satu kendala cara pemindahan berkala yaitu memerlukan banyak tenaga jika telah melibatkan sejumlah besar biakan murni. Selain itu, dalam setiap periode tertentu, biasanya 3-6 bulan, biakan jamur harus senantiasa diremajakan. 

2. Pemberian oksigen terbatas 

Cara lain menyimpan biakan murni jamur yaitu dengan menghambat metabolismenya. Jamur merupakan organisme aerob sehingga udara diperlukan untuk kehidupannya. Dengan tidak memberikan oksigen baginya maka metabolisme jamur tersebut terhambat. Penghambatan metabolisme jamur ini dilakukan dengan menggenangi koloni jamur yang telah tumbuh pada agar-agar miring dengan minyak parafin steril setinggi 1 cm di atas permukaan agar-agar miring yang tertinggi. Dengan demikian, jamur tidak mendapatkan oksigen lagi dan agar-agar tidak cepat menjadi kering.

Sebelum digunakan minyak parafin disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoclave pada suhu 121’C selama 45 menit. Biakan dengan perlakuan oksigen terbatas ini dapat disimpan selama satu tahun atau lebih pada suhu 5 – 10’C. 

3. Kelaparan akan nutrien 

Metode ini dapat diterapkan untuk kelompok jamur yang tidak menghasilkan spora pada media agar-agar seperti kebanyakan jamur pangan. Prinsip penyimpanan dengan cara ini yaitu massa miselium telah tumbuh ditekan atau dihambat pertumbuhannya dengan air suling steril. Oleh karena itu tidak ada nutrien maka biakan ini tidak tumbuh dan tetap hidup untuk waktu yang lama. Selain itu berubahan genetika jamur juga dihambat. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan tidak mahal, tetapi cara ini belum banyak dilakukan. Berikut ini cara pemeliharaan biakan murni dengan memperlakukan jamur dalam kondisi kelaparan nutrien. 
  • Jamur ditumbuhkan pada media yang sesuai sampai koloninya paling sedikit berdiameter 3 cm. 
  • Koloni dipotong pada bagian yang sedang aktif tumbuh dengan menggunakan pipet steril yang berdiameter 6 mm. 
  • Sebanyak 5 – 6 potong koloni dimasukkan ke dalam botol kecil yang berisi air suling steril.
  •  Botol-botol disimpan pada suhu kamar selama 7 hari dan diamati keadaannya apakah terjadi kontaminasi atau tidak. Biakan yang tidak terkontaminasi disimpan pada suhu 5’C. 
  • Peremajaan dapat dilakukan langsung dari potongan koloni dengan menggunakan media yang sesuai. 
4. Liofilisasi 

Liofilisasi atau pengeringan beku merupakan metode untuk memelihara sebagian besar biakan jamur yang berspora. Dengan pengeringan beku, spora, atau sel dibekukan di dalam ampul-ampul pada suhu sekitar -60’C, kemudian disusul dengan penguapan air melalui sublimasi dalam keadaan hampa udara. Setelah proses pengeringan, ampul disegel dalam keadaan hampa udara.

Jamur yang disimpan dengan cara ini dapat dibiakkaan kembali setelah bebera tahun disimpan. Meskipun dengan liofilisasi sebagian besar jamur dapat dijaga kemampuannya bersporulasi dan kegiatannya berbiontesis, ada sekelompok jamur tertentu yang tidak dapat diawetkan dengan cara ini, yaitu jamur yang biasanya disimpan dalam bentuk miselium karena tidak membentuk spora pada media agar-agar. 

5. Pembekuan menggunakan nitrogen cair

Dengan perbaikan sistem pendinginan dan ketersediaan akan nitrogen cair, penyimpanan biakan di dalam nitrogen cair atau suhu beku yang rendah, yaitu – 196’C, menjadi pilihan untuk menyimpan jamur. Untuk keperluan ini jamur disuspensikan di dalam larutan gliserol 10% atau krioprotektan lainnya. Pendinginan harus dilakukan secara bertahap kira-kira 1’C/menit. Hampir setiap kelompok jamur dapat dipelihara dengan cara ini, yaitu dengan tingkat keberhasilan mencapai 90-100%. 

Artikel diatas saya ambil dari buku: " Usaha Pembibitan Jamur, Penebar Swadya ". 

Dari beberapa cara diatas mungkin hanya cara 1-3 yang masih dapat kita lakukan, ya karena lebih mudah dan murah, dibanding dengan cara 4-5 yang membutuhkan biaya yang besar karena teknologi yang dipakai sudah canggih. Ya, semoga sudah ada yang punya, terus saya bisa nyoba dech alatnya.. hehehe. 

Kalo menurut saya cara sederhana untuk memelihara biakan murni adalah cukup dengan disimpan pada kulkas (lemari pendingin) pada suhu 5-10’C dalam keadaan biakan murni ditutup rapat dengan alumunium foil atau dengan plastik yang kemudian dikat dengan karet, semakin rapat semakin bagus. Tujuannya yaitu membatasi suplai oksigen. Dengan cara ini biakan murni dapat bertahan sampai 6 bulan. Setelah itu biakan murni diremajakan lagi atau diturunkan menjadi bibit induk. Sederhana kan..?! 

Purwokerto, 23 November 2012

Membuat Biakan Murni (Bibit F0) Sendiri

Bibit jamur tiram biasanya diambil dari bagian jamur tiram itu sendiri, yang kemudian ditanam pada media PDA (Potatoes Dextrose Agar). Inilah yang disebut dengan sistem kultur jaringan. Hasil dari kultur jaringan ini kemudian disebut sebagai biakan/kultur murni atau bibit F0. Bibit F0 biasanya dijual dengan harga yang cukup tinggi yaitu berkisar 150.000/botol.

Hemm, mungkin karena membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi kali ya? sehingga harganya semahal itu. Namun, sebenarnya membuat bibit F0 tidak sesulit yang dibayangkan. Contohnya saya (hehehe).. Alhamdulillah bisa bikin bibit F0 sendiri secara otodidak tanpa ikut pelatihan sama sekali.. (bukan sombong lho ya.. Cuma sekedar sharing, hehe). Intinya kalo kita mau belajar, insya Alloh bisa..!!!. Oke, langsung saja berikut langkah-langkah membuat bibit F0.  

Siapkah bahan-bahan:
  1. Indukan jamur yang berkualitas, cirinya: masih muda, bertangkai tunggal atau ganda, dan memiliki tangkai yang besar dan kokoh, serta tidak terserah hama dan penyakit.
  2. Media tanam PDA, silahkan cek tulisan ini: Membuat PDA Sendiri 
  3. Alkohol kadar 75% atau lebih, bisa juga diganti dengan spirtus.
Siapkan peralatan:
  1. Laminar Air Flow (LAF), kalo tidak punya bisa diganti dengan kotak pembibitan sederhana, atau bisa diganti juga dengan bekas aquarium/kardus yang besar/dll, kemudian hadapkan lubang ke depan.
  2. Spayer, bunzen, pinset, cutter dan gelas dalam ukuran kecil. Spayer dan gelas kemudian diisi alkohol secukupnya.
Langkah selanjutnya:
  1. Semprot secara merata ruangan tempat inokulasi (LAF) dengan spayer, semprot juga peralatan yang akan digunakan seperti: pinset dan cutter, kemudian keduanya ditaruh di dalam gelas yang berisi alkohol.
  2. Siapkah indukan jamur, kemudian masukkan dalam kotak pembibitan. Kalo perlu indukan jamur juga sebelumnya disemprot dengan alkohol biar lebih steril. 
  3. Api bunzen dinyalakan dalam ruangan selama kurang lebih 5 menit, untuk menjaga ruangan agar tetap steril.
  4. Setelah semuanya siap, semprot kedua tangan dengan alkohol dan jangan lupa membaca basmallah. Bismillah...
  5. Langkah selanjutnya yaitu, buka tutup botol PDA kemudian taruh di dekat api bunzen dalam posisi botol membuka ke atas, kemudian ambil indukan jamur dan belah menjadi dua bagian.
  6. Kemudian ambil cutter dan panaskan dan celupkan beberapa kali ke dalam alkohol, dan panaskan kembali dan diamkan beberapa detik.
  7. Ambil sayatan antara tudung dan tangkai jamur kurang lebih 5 x 8 mm, kemudian ambil pinset kemudian panaskan dan celupkan beberapa kali ke dalam alkohol dan panaskan kembali dan diamkan dalam beberapa detik. 
  8. Ambil sayatan tersebut dengan pinset, dan letakkan eksplan ke dalam botol PDA, dan usahakan dilakukan secara cepat dan selalu dekat dengan api bunzen.
  9. Tutup kembali botol PDA dengan kapas, dan kertas koran selanjutkanya ikat dengan karet gelang. Letakkan botol PDA dengan posisi miring (horisontal). Simpan pada suhu kamar.
  10. Lakukan langkah yang sama untuk inokulasi bibit F0 selanjutnya, dan jangan lupa setelah selesai ucahkan hamdallah. Alhamdulillah...
Dalam beberapa hari bibit F0 kita akan kelihatan apakah berhasil atau tidak, biasanya bibit F0 yang berhasil dalam 2-3 hari eksplan sudah menampakkan pertumbuhan miseliumnya yang putih bersih, dan beberapa hari kemudian miselium akan menjalar di permukaan PDA. Sedangkan bibit F0 yang gagal biasaya ditandai dengan lambatnya pertumbuhan miselium, timbul warna selain warna putih pada media PDA dan mengeluarkan cairan berwarna putih susu yang tandanya PDA telah terkontaminasi bakteri.

Mudahkan...!!! Selamat mencoba...

Purwokerto, 26 Juni 2012

Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi84XIyBfZQgNS_sFr1l4LncO4wOFbiUJ0entgpIQek5ZBt7TSYUaEwyNgWWZw8N7fV3UrQZfMSw-PMThvjEWkqrXuTUoZJxHxbubxHgXafDziVMQmajGVAJ2RFgEX-HzRng73W56WBWmE/s320/botol+f0.JPG

Seputar Kualitas Bibit Jamur Tiram

Jamur yang berkualitas tentu membutuhkan bibit jamur yang berkualitas pula. Karenanya, pastikan bibit jamur yang kita miliki mempunyai kualitas ungggul, dan pertahankan kualitas bibit tersebut agar tetap prima saat ditanam dalam  media. Semoga informasi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Berikut adalah poin-poin penting seputar kualitas bibit jamur tiram.

  1. Bibit jamur yang baik biasanya memiliki miselium yang berwarna putih dan tumbuh merata ke seluruh media tumbuh. Hindari bibit jamur yang miseliumnya tumbuh terlalu padat atau terlalu tipis. Bibit jamur yang miseliumnya terlalu padat menandakan bibit tersebut sudah terlalu tua, sedangkan bibit jamur dengan meiselium tipis menandakan bibit jamur daya pertumbuhannya lemah.
  2. Bibit jamur tidak boleh terkontaminasi oleh jamur liar. Penggunaan bibit yang terkontaminasi pada baglog menyebabkan baglog akan terkontaminasi. Tandanya adalah tumbuh warna selain warna putih, seperti warna hijau, orange, atau hitam.
  3. Bibit jamur memiliki masa kadarluarsa, yakni bila sudah berumur lebih dari empat minggu sejak proses inokulasi (tanam). Masa kadaluarsa bibit jamur juga ditandai dengan tumbuhnya pinhead pada bibit jamur. Bila sudah masuk masa kadaluarsa, bibit jamur akan mundur aktivitas pertumbuhannya bahkan tidak mampu berproduksi sama sekali.
  4. Bibit yang baik untuk dibudidayakan  adalah bibit yang nilai BER (biological efficiency ratio) nya tinggi. BER merupakan persentase perbandingan antara jumlah berat jamur yang dihasilkan dengan berat media tanam jamur. Sebagai contoh, bila berat jamur yang dihasilkan 400 g dari 1.000 g, maka nilai BER-nya sebesar 40 persen.
  5. Bila kita ingin membeli bibit jamur tiram baiknya membeli bibit dengan miselium yang belum penuh, karena kita tidak mengetahui berapa lama tanggal inokulasinya atau berapa lama bibit tersebut sudah penuh, kecuali apabila pengusaha bibit jamur sudah terbukti menjual bibit jamur yang berkualitas/tidak menjual bibit yang sudah kadaluarsa.
  6. Bila jamur belum akan digunakan baiknya disimpan pada lemari es dengan suhu 5-10’C, dan tutup botol dengan plastik guna mengurangi suplai oksigen. Dengan cara ini maka pertumbuhan miselium akan terhambat, sehingga memperpanjang masa kadaluarsa bibit jamur.
  7. Bila bibit jamur sudah dibuka, maka sebaiknya gunakan sampai habis. Hindari penggunaan bibit sisa, karena kemungkinan besar sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme lain.

Sekian pembahasan Seputar Kualitas Bibit Jamur Tiram, apabila ada pembahasan lain mengenai kualitas bibit jamur tiram belum disebutkan pada artikel diatas silahkan bisa share disini, sehingga bisa bermanfaat bagi umat..

Sekian dan semoga bermanfaat..

Batang, 18 Agustus 2012

Sumber gambar: 
 http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTGveHqzxQCJFDoDUqFPGLnBtq_fW0hUVEa98_jhOz56HailIqcbQSmyVeg

Istilah Bibit Jamur Tiram

Dalam budidaya jamur tiram, hal yang harus kita perhatikan adalah memilih bibit jamur tiram. Jika tidak mau repot dengan membuat bibit jamur tiram bisa juga dengan membeli bibit jamur. Namun, bagi petani pemula mungkin agak bingung mengenai istilah bibit jamur tiram yang beredar di masyarakat, karena ada istilah f, f-an. Ok, mari kita bahas..

Huruf f, dalam dunia genetika disebut dengan filial. Filial adalah hasil turunan dari persilangan/perkawinan indukan yang berbeda jenis. Hasil turunan ini nantinya disebut dengan f1, f2, f3, dst. Walaupun pada umumnya pembuatan bibit jamur tiram hanya sekedar ‘turunan’ tanpa persilangan, namun kita bisa katakan bahwa hasil pembuatan bibit jamur tiram kita sebut sebagai f1, f2, f3, dst, toh itu nama hanya untuk mempermudah identifikasi hasil saja. Ok, jadi kemungkinan makna f dalam bibit jamur tiram yang berkembang di masyarakat adalah Filial atau turunan, tinggal kita memahami istilah f1, f2, f3, dst. 

Bibit jamur tiram f0 

Bibit f0 disebut sebagai biakan/kultur murni biasanya diperoleh dengan sistem kultur jaringan, yakni, mengambil eksplan (bagian) dari indukan jamur kemudian diinokulasikan ke media agar (PDA) secara aseptik. Cara ini dinilai cukup baik karena dapat diketahui langsung sifat fisik tubuh buah jamur. Potatoes Dextrose Agar (PDA) dapat kita dibeli dalam bentuk siap pakai atau bisa kita bikin sendiri . Satu tabung bibit f1 bisa digunakan untuk usaha budidaya jamur tiram skala menengah. 

Bibit jamur tiram f1 

Bibit f1 disebut juga sebagai bibit dasar atau bibit induk, merupakan turunan/biakan pertama dari bibit f0 (PDA). Dari satu tabung f0 bisa diturunkan menjadi 20 botol bibit f1. Pembiakan tahap ini bertujuan untuk memperbanyak miselium jamur yang berasal dari biakan murni. Media bibit f1 biasanya berupa biji-bijian, seperti jagung, gabah, sorgum, dll. Hal ini karena media biji-bijian mempunyai nutrisi tinggi/unsur hara yang baik sehingga miselium dapat merambat dengan cepat. 

Bibit jamur tiram f2 

Bibit f2 disebut juga sebagai bibit pokok, merupakan turunan kedua dari biakan murni. Media yang dipake agak berbeda dengan bibit f1, tidak hanya biji-bijian tapi juga ditambah sedikit serbuk kayu. Hai ini bertujuan melatih miselium dalam mendegradasi lignoselulosa yang ada dalam serbuk kayu. Bibit f2 kemudian diremajakan lagi menjadi bibit sebar f3, namun bisa juga langsung ditanam dibaglog sebagai bibit sebar. 

Bibit jamur tiram f3 

Bibit f3 disebut juga sebagai bibit sebar. Bibit ini biasanya disebut oleh petani pemula sebagai ‘obat’ jamur. Bibit ini yang banyak dipasarkan oleh produsen bibit dikarenakan bibit ini yang biasanya langsung ditanam dibaglog dan bibit f3 adalah bibit yang paling terjangkau bila dibandingkan dengan bibit lainnya. Media bibit f3 biasanya berupa serbuk kayu yang ditambah dengan biji-bijian. 1 botol bibit f3 bisa untuk menginokulasi sebanyak 35-40 baglog. 

Simpelnya adalah: 

Biakan murni/PDA (f0) – bibit induk (f1) – bibit pokok (f2) – bibit sebar (f3) – media baglog.

Jadi, maksud dari f1 adalah turunan pertama dari biakan murni, f2 adalah turunan kedua dari biakan murni, dst. Menurut teori, semakin mendekati biakan murni, maka kualitas bibit tersebut lebih baik, dan semakin jauh dari biakan murni maka akan terjadi perubahan genetik. Kualitas bibit jamur tiram akan menurun, sehingga dianjurkan maksimal turunannya sampai f4 kemudian ditanam ke media baglog. 

Semoga info ini bermanfaat bagi para pembaca yang ingin mencoba budidaya jamur. Untuk cara pembuatan bibit di atas akan saya bahas di sesi berikutnya. Insya Alloh.. Sekian dan semoga bermanfaat..!!! 

Batang, 18 Agustus 2012.

Ramuan Pemacu Pertumbuhan Jamur Tiram


Jamur tiram tidak berklorofil maka jamur tidak mampu berfotosintesis. Jamur  tidak mampu menyediakan makanan sendiri. Akhirnya jamur menyerap nutrisi dari media tempat tumbuhnya (baglog) saat berbentuk hifa dan miselium. Karena nutrisi yang terdapat dalam baglog lama kelamaan akan berkurang, maka perlu diberi nutrisi tambahan agar kebutuhan nutrisi jamur tiram terpenuhi. Manfaat lain dari nutrisi tambahan adalah dapat memperpanjang umur baglog dan juga untuk memacu pertumbuhan jamur tiram.

Sebenarnya banyak teori untuk membuat nutrisi tambahan untuk memacu pertumbuhan jamur tiram, dari memanfaatkan air leri (air cucian beras), penggunaan hasil fermentasi buah, sampai beberapa ramuan yang bisa kita buat atau kita beli langsung dari pengusaha jamur tiram. Intinya, ramuan ini digunakan untuk meningkatkan hasil produksi jamur tiram, istilah kerennya untuk meningkatkan BER (Biological Efficiency Ratio), misal hasil jamur tiram per baglog sebelum diberikan ramuan sebesar 350 g, setelah di semprot/disuntik ramuan menjadi 450 g per baglog. Jadi BER nya meningkat  sekitar 14 %.

Dari sharing beberapa petani baik secara langsung maupun tidak langsung (forum internet), dan buku yang saya baca, ternyata penggunaan nutrisi tambahan dengan cara disemprot atau disuntik pada baglog jamur tiram dapat meningkatkan produktifitas jamur tiram. Tentu ini berita menggembirakan buat kita semua karena kita bisa meningkatkan hasil tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Cara membuat ramuan pemacu pertumbuhan/nutrisi tambahan pada jamur tiram dapat kita simak pada ulasan berikut.

Ramuan Nutrisi 1

Ramuan ini hanya memanfaatkan air leri, dan air kelapa (baiknya yang masih muda). Dari sharing dari beberapa petani di Purwokerto mereka memanfaatkan air leri sebagai nutrisi tambahan untuk memacu pertumbuhan jamur tiram, aplikasinya cukup mudah, yaitu dengan menyuntikkan air leri sebanyak 10 ml pada baglog jamur setiap kali habis panen. Jadi, setiap kali pemetikan langsung disuntikkan air leri sebanyak 10 ml, dan cara kedua yaitu dengan menyemprotkan air leri ke permukaan baglog, seminggu 1-2 kali. Sedangkan aplikasi untuk air kelapa sama seperti aplikasi pada air leri.

Ramuan Nutrisi 2

Dari ramuan 1 (air leri) bisa juga dengan ditambah beberapa bahan lain seperti gula pasir, gula jawa (merah), dan ekstrak tauge (kecambah kacang hijau) untuk memperkaya nutrisi. Membuat ramuan nutrisi bisa dengan campuran gula pasir/gula jawa  + air leri, atau gula pasir/jawa + ekstrak tauge, atau  bisa juga dengan mencapurkan ketiga bahan tersebut. Ekstrak tauge mengandung auksin, dan zat pengatur tumbuh yang fungsinya mendorong pembesaran sel. Sedangkan gula pasir/gula jawa mengandung hara yang baik untuk pertumbuhan jamur. Aplikasinya sama seperti ramuan 1, yaitu dengan menyuntikkan ramuan sebanyak 10 ml pada baglog jamur setiap kali habis panen.

Ramuan Nutrisi 3

Ramuan nutrisi ke 3 ini merupakan ilmu yang disampaikan oleh bapak Hadiono, pengusaha jamur tiram asal purwokerto. Ramuan tersebut diramu dari 3 bahan yaitu, air 1 liter dicampur dengan gula pasir sebanyak 1 sendok makan, dan viamin B kompleks sebanyak 1 butir. Atau bisa juga dengan mengganti vitamin B kompleks dengan pupuk KCl sebanyak 1 sendok makan. Aplikasinya sama dengan ramuan nutrisi 2, yaitu dengan menyuntikkan ramuan sebanyak 10 ml pada baglog jamur setiap kali habis panen. Apabila sistem baglog tidur bisa juga dengan menyuntikkan 5 ml pada bagian depan, dan 5 ml lagi pada bagian belakang.

Ramuan Nutrisi 4

Ramuan 4 bisa kita buat dari larutan molase alias limbah pengolahan gula (bisa diganti dengan gula pasir/gula jawa). Satu mililiter molase dengan kadar gula rata-rata 30 - 40% dilarutkan dalam 100 ml air atau konsentrasi 1%, dan tambahkan ragi, vitamin, dan protein untuk memacu pertumbuhan. Aplikasinya yaitu dengan menyuntikkan 20 ml ramuan nutrisi  yang telah disterilisasi pada media yang telah disterilisasi. Setelah itu, bibit jamur tiram diinokulasikan ke dalam media, lalu disimpan di ruang inkubasi.

Ramuan Khayalan

Mengapa disebut ramuan khayalan? Ya karena ramuan ini hasil pemikiran saya sendiri dan belum teruji,. Hehe, namun mungkin bisa dijadikan bahan penelitian lebih lanjut. Dalam benak saya terpikir untuk memanfaatkan POC (Pupuk Organik Cair) yang dapat kita buat sendiri dari fermentasi bahan-bahan organik yang ada disekitar kita, misal buah-buahan. POC bisa dari MOL (Mikro Organisme Lokal), karena memang MOL juga berfungsi sebagai POC. MOL buah-buah pada tanaman berfungsi sebagai perangsang bunga dan buah. MOL buah-buahan juga kaya akan unsur hara. Mungkin MOL dari buah-buahan ini bisa kita aplikasikan pada jamur tiram. Pernah dengar atau baca ada pengusaha jamur yang menjual ramuan pemacu jamur tiram dari fermentasi buah-buahan..?? atau jangan-jangan ramuan pemacu jamur tiram yang sudah tersebar di pasaran tersebut terbuat dari MOL buah-buah ini..?? kan katanya hasil fermentasi buah-buahan..?? Ah, bisa benar bisa tidak.. hehehe. Dah langsung saja, cara membuat POC dari MOL buah-buahan adalah sebagai berikut:

Bahan: 2 kg limbah buah-buahan, 2 ons gula merah, dan 2 liter air kelapa.

Cara membuat: Potong kecil-kecil  buah-buahan yang tersedia, masukkan gula merah yang telah disisir, campurkan dengan air kelapa, masukkan dalam jerigen dan tutup rapat, dan biarkan terfermentasi selama 15 hari. Setelah itu, direbus selama 15-20 menit.

Aplikasi: untuk aplikasi campurkan 10 ml dengan 1 liter air, semprotkan ke permukaan baglog yang terbuka seminggu 1-2 kali, atau menyuntikkan ramuan ke baglog sebanyak 10 ml, setiap kali habis panen.

Ramuan yang paling terakhir belum dipraktekkan dan belum teruji, tapi bagi yang mau mencoba silahkan, tapi resiko ditanggung sendiri.. hehehe. Bagi anda yang mempunyai ramuan nutrisi lain, dan atau bagi anda yang sudah mencoba salah satu atau beberapa ramuan diatas, mohon di share disini bagaimana hasilnya, agar menjadi pelajaran bagi kita semua. Sekian dari saya.. tetap semangat dan salam sukses luar biasa..!!!

Purwokerto, 13 Juli 2012

Sumber gambar: http://lh5.ggpht.com/-5UM1KchF6DA/Tgi2ZvFyQeI/AAAAAAAAA3o/8ks7TjBOpr4/PGPR-plant-growth-promoting-rhizobacteria%25255B3%25255D.jpg

Cara Membuat Biakan Murni Jamur Tiram

Biakan murni adalah bibit awal dari jamur tiram. Bibit inilah yang kemudian diperbanyak untuk bibit induk dan bibit tanam. Biasanya biakan murni dibuat dari media PDA yang ditanam eksplan (bagian) dari indukan jamur kemudian eksplan tersebut berkembang menjadi miselium yang merambat di permukaan PDA, inilah yang disebut dengan sistem kultur jaringan, namun sebenarnya tidak hanya sistem kultur jaringan yang bisa kita lakukan, karena ada cara lain untuk menghasilkan biakan murni. 


Secara umum biakan murni dapat dibuat dengan tiga cara, biakan murni dari subbiakan, dari spora, dan dari jaringan tubuh jamur. Secara rinci, beberapa cara membuat biakan murni dipaparkan sebagai berikut.

Biakan murni dari subbiakan

Biasanya lebih dikenal dengan biakan murni dari bibit induk (F1). Caranya cukup mudah, yaitu pindahkan miselium jamur dari bibit induk (F1) ke dalam media PDA secara aseptic. Bisa juga dengan memindahkan biakan murni (F0) ke media PDA. Istilahnya dari media PDA ke PDA. Namun, hasil dari biakan ini diharapkan tidak diturunkan lagi menjadi biakan murni, karena dikawatirkan akan terjadi penurunan kualitas dari bibit induk yang akan dihasilkan. Biakan murni ini bisa kita buat sendiri atau kita beli dari pengusaha bibit jamur, harganya berkisar 150 ribu per botol.

Biakan murni dari spora

Metode ini biasanya hanya digunakan untuk penelitian karena diperlukan tingkat ketelitian sangat tinggi. Caranya ambil spora dari indukan jamur yang baik, biasanya spora jamur terletak pada bilah bagian bawah tudung jamur. Spora tersebut selanjutnya ditampung  di dalam cawan yang berisi agar-agar steril, lalu inkubasikan. Isolasikan spora tersebut setelah berbentuk kecambah. Caranya, gunakan scalpel untuk memotong media agar-agar yang telah ditumbuhi kecambah. Selanjutnya pindahkan biakan ke media lain.

Biakan murni dari Jaringan

Bibit ini diperoleh dengan system kultur jaringan, yakni, mengambil eksplan (bagian) dari indukan jamur kemudian diinokulasikan ke media agar (PDA) secara aseptic. Cara ini dinilai cukup baik karena dapat diketahui langsung sifat fisik tubuh buah jamur. Caranya, ambil sayatan di bagian tengah, antara tudung dan batang dengan menggunakan scalpel atau cutter kurang lebih 4x5 mm, kemudian inokulasikan pada media PDA secara aseptic. Dalam waktu beberapa hari eksplan akan tumbuh berupa miselium yang bewarna putih.

Artikel diatas saya ambil dari buku “Budidaya Jamur Konsumsi” yang diterbitkan oleh Redaksi Agro Media, dengan beberapa tambahan dari penulis.  Sekian dan semoga bermanfaat..!!!

Sumber gambar: http://images.plurk.com/4252971_27987351e5b5a34ff058dce988700c85.jpg

Purwokerto,13 Juli 2012

Membuat PDA Sendiri

PDA adalah kepanjangan dari Potatoes Dextrose Agar. Sesuai namanya, PDA tersusun atas 3 bahan utama yaitu potatoes (kentang), dextrose (sejenis gula) dan agar yang kemudian ketiga bahan tersebut dilarutkan ke dalam aquades. Sebenarnya PDA bisa kita beli dalam bentuk jadi (serbuk). Tinggal dilarutkan dalam aquades, jadi deh..!!!. Namun, dikarenakan harga PDA jadi yang cukup mahal, alangkah baiknya bagi kita yang ingin mengurangi biaya produksi maka kita bisa membuat PDA sendiri. 

Caranya cukup mudah kok..!!!. berikut langkah-langkahnya:

Bahan-bahan:
  1. Kentang berkualitas : 200 gram
  2. Dextrose/gula pasir : 20 gram
  3. Agar powder putih/bening/netral : 20 gram
  4. Aquades/air aki/air mineral : 2 Liter
Cara membuat:
  1. Kentang dikupas, dicuci dan diiris kotak ukuran 1cm x 1cm x 1cm.
  2. Rebus kentang dengan air aquades sebanyak 1 liter selama 20-30 menit.
  3. Ambil sarinya dengan cara disaring, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur. Tambahkan aquades hingga menjadi 1 liter kembali.
  4. Rebus kembali larutan kentang tersebut, kemudian masukkan gula pasir dan agar powder, aduk hingga merata.
  5. Siapkah botol kecil yang sudah steril. Sterilisasi botol bisa dengan direbus atau dikukus menggunakan autoclave atau panci presto sekitar 15-20 menit.
  6. Larutan PDA kemudian dimasukkan dalam botol kira-kira sampai larutan PDA setinggi 1-1,5 cm dari dasar botol.
  7. Sumbat botol dengan kapas, kemudian tutup dengan plastik dan ikat dengan karet gelang.
  8. Masukkan botol dalam autoclave atau panci presto. Sterilkan selama 20-30 menit.
  9. Setelah disterilkan, letakkan botol dalam posisi miring agar memperluas media rambat miselium.
  10. Setelah dingin, media siap digunakan.
Untuk mengetahui PDA tidak terkontaminasi, biarkan PDA selama 2-3 hari. Apabila media PDA masih dalam keadaan bersih/bening/jernih, maka PDA siap digunakan, namun apabila media PDA menjadi keruh atau terdapat bintik-bintik hitam, maka PDA sudah terkontaminasi. PDA bisa kita sterilkan kembali.

Membuat PDA mudah kan..!!! Selamat mencoba...

Penjelasan tambahan:
  1. Potatoes (kentang) digunakan sebagai sumber nutrisi/unsur hara.
  2. Dextrose/gula pasir digunakan sebagai sumber energi.
  3. Agar powder berfungsi sebagai zat untuk memadatkan/mengeraskan PDA setelah dingin.

Purwokerto, 26 Juni 2012

Panduan Bisnis Sahabat Nabi

Generasi sahabat adalah mata air inspirasi yang tak pernah kering. Dalam setiap bidang kehidupan, akan kita temukan dengan mudah profil teladannya dari golongan shahabat. Abu Bakar dikenal sebagai politisi yang santun dan ulung yang meletakkan banyak inspirasi pengelolaan pemerintahan. Khalid bin Walid adalah pakar strategi kemiliteran yang mumpuni dalam setiap medan pertempuran. Panglima musuh pun dengan penuh ketakutan melakukan klarifikasi terhadapnya, apakah benar pedang yang dibawanya adalah pedang Allah? Khalid hanya tersenyum ringan dan mengatakan itu hanyalah julukan yang diberikan Rasulullah kepadanya.

Begitu pula dengan kehadiran Ali bin Abi Thalib, sosok ilmuwan yang otaknya dipenuhi ide-ide brilian. Kecerdasannya diibaratkan begitu indah oleh Rasulullah, “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menginginkan ilmu maka datangilah lewat pintunya.” Inilah yang menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai satu-satunya shahabat yang senantiasa meminta orang untuk bertanya kepadanya. “Tanyalah kepadaku, tanyailah aku...!” Subhanallah...!

Salah satu bidang kehidupan yang dijalani para shahabat dengan prestasi gemilang adalah dunia bisnis dan perdagangan. Nama-nama seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf menjadi jaminan bahkan branding betapa majunya usaha perdagangan shahabat pada waktu itu. Sosok Abdurrahman bin Auf misalnya, mengawali usahanya di Madinah hanya dengan bekal semangat dan kesungguhan saja, hingga akhirnya benar-benar menjadi milyuner Madinah. Bahkan tidak berlebihan jika disebutkan bahwa kehadiran Abdurrahman bin Auf mengakhiri dominasi dan monopoli kaum Yahudi di pasar Madinah. Bisa dibayangkan, dalam sebuah kesempatan saat rombongan dagang beliau sampai di Madinah, seluruh penduduk Madinah terguncang karena gemuruh suaranya. Mereka mengira angin topan bertiup dengan kencangnya, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah kedatangan 700 ekor unta yang penuh dengan barang dagangan Abdurrahman bin Auf!!

Sungguh decak kagum saja tidak akan pernah usai saat melihat gambaran kehebatan dan kiprah shahabat dalam dunia bisnis. Mari sejenak kita sisihkan waktu, untuk mengambil inspirasi apa yang sesungguhnya mereka lakukan, hingga mampu mengelola bisnis dengan hebat, sekaligus sebagai pendukung dakwah Rasulullah yang tangguh. Simak panduan singkatnya berikut ini:

Pertama: Jiwa Kemandirian

Kunci sukses perdagangan shahabat dimulai dari jiwa kemandirian yang luar biasa. Mereka tidak bertopang dan menggantungkan diri kepada orang lain. Gambaran ini bisa kita dapatkan dengan jelas dari kisah hijrahnya Abdurrahman bin Auf. Adalah seorang jutawan Madinah bernama Sa’ad bin Rabi Al-Anshory yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abdurrahman bin Auf, ia menawarkan pinjaman lunak kepada saudaranya begitu tulus, “Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Kota Madinah yang punya banyak harta, pilihlah dan ambillah sebagian hartaku!!”

Lihatlah tawaran yang indah dan menjadi impian setiap pedagang benar-benar sudah ada dihadapan. Tak perlu lagi birokrasi, proposal usaha, jaminan, surat rekomendasi dan semacamnya. Pengembaliannya pun begitu lunak nyaris tanpa jangka waktu tertentu. Namun apa jawab Abdurrahman bin Auf. Semangat dan jiwa kemandiriannya segera menolak seraya mengatakan, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu, tetapi cukup tunjukkan saja kepadaku dimana letak pasar?”

Sungguh penolakan ini bukanlah kesombongan, tapi tekad dan semangat kuat untuk mandiri. Hal ini kemudian dibuktikan, bagaimana ia segera memulai kiprahnya di pasar Madinah sedikit demi sedikit, hingga akhirnya menjadi pemasok utama barang dagangan di Madinah. Tidak berlebihan ketika kemudian ia pun memberikan testimoni tentang keberhasilannya.

Kedua: Senantiasa Mengingat Allah dan Taat Beribadah

Meskipun kesibukan dan aktivitas dagang yang luar biasa, para shahabat tidak lalai dengan kewajiban ibadah dan dzikrullah. Mereka semua dalam kondisi ruhiyah yang tangguh, tidak mudah tergoda dengan peluang-peluang dan tawaran duniawi yang berkelebat di depan mata. Begitu indah al Qur’an memuji pedagang yang mulia ini:

“Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan mendirikan shalat, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi guncang (hari kiamat).” (QS. An-Nuur: 37)

Bukti nyata, suatu ketika bahkan Abdurrahman bin Auf pernah mengimami shalat shahabat lainnya, dan Rasulullah ikut turut serta menjadi makmumnya! Ketika Abdurrahman bin Auf jengah dan ingin mundur, Rasulullah memberi isyarat agar tetap pada tempatnya. Demikian yang dikisahkan dalam kitab Usudul Ghoba, yang ini semua memberi gambaran bagaimana sesungguhnya kapasitas ruhiyah seorang Abdurrahman bin Auf.

Mereka para pedangan di Madinah, meyakini sepenuhnya bahwa kunci kesuksesan berdagang, sebagian besar karena memperbanyak dzikrullah dalam setiap aktivitas dagangnya. Mereka mengingat dan memahami betul panduan bisnis Qurani, Allah berfirman: “Dan ingatlah Allah banyak-banyak supanya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’at: 10)

Ketiga: Pekerja Keras, Mengawali Aktivitas Dagang Sepagi Mungkin

Para bisnisman Madinah meyakini bahwa keberkahan ada di waktu pagi hari. Karenanya mereka senantiasa memulai aktivitasnya di awal pagi, saat tubuh giat dan bersemangat. Rasulullah berdo’a dalam sabdanya: “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi harinya.” Beliau juga senatiasa mengirim pasukan di awal pagi sebagai awal kesuksesan. Seorang pedagang Madianah lainnya yang bernama Sohkr al-Ghomidi, bahkan tidak pernah mengirim agen distributor dan marketingnya untuk mulai berkeliling kecuali dimaulai pada sepagi mungkin. Hal inilah yang menjadikan Sokhr sukses dalam berdagangan, dan hartanya jadi sangat banyak. Bahkan disebutkan dalam riwayat Ahmad: karena terlampau banyak harta hasil perdagangannya, sampai-sampai Sokhr pun kebingungan dimana lagi ia harus menyimpan hartanya. Subhanallah...

Keempat : Jujur dalam Berdagang

Kejujuran adalah kunci utama kesuksesan para sahabat dalam berdagang. Rasulullah SAW dalam hal ini senantiasa memandu dan mengawasi mereka dalam menjalankan aktifitas perdagangan. Tak jarang beliau langsung turun melakukan inspeksi pasar untuk mengecek ketersediaan dan kualitas barang. Beliau pun segera menegur saat ada sahabat yang mencoba berlaku curang menyembunyikan cacat barang dagangan yang dimilikinya.  Bukan hanya Rasulullah SAW, bahkan Al-Quran pun turun memberikan panduan dalam perdagangan secara umum. Lihat saja bagaimana surat Al-Muthoffifin turun menghenyakkan hati pedagang Madinah, mengkritik sebagian mereka yang masih berlaku curang tidak memenuhi timbangan dengan baik.  Dengan panduan dan pengawasan seperti inilah, para bisnisman dari golongan sahabat tumbuh mengembangkan bisnisnya tanpa melanggar prinsip kepatuhan syar’i.

Kelima : Tidak mengambil banyak Untung

Salah satu yang membuat tertarik pembeli adalah barang yang murah. Para sahabat mengetahui persis hal ini dan menjadikan sebagai strategi inti dalam perdagangannya. Adalah Abdurrahman bin Auf yang secara gamblang membocorkan rahasia kesuksesannya dalam masalah ini. Disebutkan dalam Kitab Ihya Ulumuddin imam Al-Ghozali, suatu ketika Abdurrahman bin Auf ditanya : “ Apa sebab kemudahanmu dalam berdagang ? “. Maka ia menjawab : “ ada tiga hal saja. Pertama: Aku tidak pernah menolak tawaran untung meskipun sedikit, Kedua : Aku tidak pernah menunda-nunda pesanan satu hewan pun. Ketiga : Aku tidak menjual dengan cara riba “. Dikisahkan pula bahwa suatu hari Abdurrahman bin Auf pernah menjual seribu ekor unta dan hanya mengambil untung harga seutas tali onta dari setiap unta yang terjual. Meskipun harga tali onta itu hanya satu dirham, tapi karena ia menjual 1000 ekor unta, maka seharian itu ia mendapatkan untung seribu dirham ! Subhanallah …

Keenam : Memperluas Wilayah  Pemasaran

Sejak dulu para sahabat tidak berkutat di Madinah dalam menjalankan aktifitas dagangnya. Bahkan kebiasaan Qurays di Mekkah pun sejak jaman jahiliyah adalah melakukan perjalanan dagang ekspor impor dua kali dalam setiap tahunnya, yaitu ke Yaman dan Syam. Begitu pula para sahabat usahawan di Madinah, mereka meyakini sepenuhnya bahwa rejeki Allah tersebar di bumi yang luas ini. Karenanya, bidang ekspor dan impor sejak awal telah mereka garap dengan serius dan mengantarkan kesuksesan mereka dalam berdagang.  Inspirasi qurani yang senantiasa mereka ambil adalah : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya” (QS Al Mulk 15)

Ketujuh : Saling bersinergi dan bekerja sama antar usahawan

Kunci sukses sahabat dalam bisnis berikutnya adalah memelihara lingkungan yang kondusif dalam berbisnis. Mereka tidak mengenal istilah kongkalingkong, sikut kanan dan sikut kiri dalam berbisnis, tapi justru sebaliknya tercipta kerja sama dalam saling sinergi yang sangat positif untuk mengembangkan bisnis. Rasulullah SAW sejak awal telah berperan besar dalam menciptakan kelangsungan pasar yang sehat di Madinah. Beliau memberlakukan sekian aturan kompetisi yang sehat dan dinamis, antara lain larangan bagi penjual untuk menawarkan dagangan kepada buyer yang telah menawar dagangan penjual lain. Begitu pula larangan monopoli perdagangan dengan melakukan upaya penimbunan barang langka agar bisa segera naik harganya saat hilang di pasaran. Semua aturan ini tanpa disadari menjadikan iklim usaha di Madinah begitu kondusif dan dinamis.

Kedelapan: Menjalankan Corporate Sosial Responsibility dengan tangguh

Inilah kunci kesuksesan akhir yang begitu tergambar di hadapan kita. Para usahawan dari golongan sahabat tidak hanya berdagang untuk diri sendiri, tapi juga menjalankan kewajiban berbagi dan mensukseskan program-program positif pemerintah. Utsman bin Affan memberikan contoh nyata, dalam mensponsori mobilisasi kaum muslimin dalam perang Tabuk yang membutuhkan pendanaan luar biasa. Disebutkan pada hari itu, Utsman bin Affan menginfakkan setidaknya 900 ekor unta lengkap dengan peralatan perangnya, 100 kuda perang, 200 kantong emas plus uang cash sebesar 1000 dinar. Sungguh jumlah yang amat besar dan mengagumkan Rasulullah SAW hingga beliau pun berujar : “ Sungguh tidak ada lagi yang akan membahayakan Utsman setelah hari ini “.

Kiprah Abdurrahman bin Auf  juga tidak kalah hebatnya. Beliau senantiasa membantu keperluan sahabat sampai akhir hidupnya. Tercatat dalam kitab Usudul Ghoba, bagaimana total sedekah beliau saat beliau masih hidup sebanyak 80.000 dinar, sedekah berupa onta perang sebanyak 1000 ekor, menyediakan tanah bagi istri-istri Rasulullah senilai 40.000 dinar . Bukan itu saja, ketika beliau wafat pun mewasiatkan banyak harta untuk sedekah antara lain : untuk keperluan fi sabilillah sebesar 50.000 dinar, untuk tunjangan veteran perang badar sebesar 40.000 dinar, berwasiat kendaraan dan perlengkapan logistik perang  berupa unta 1000 ekor, kuda 100 ekor dan kambing 1300 ekor. Sungguh luar biasa. Dana ratusan milyar dianggarkan secara khusus untuk berbagi dengan yang lainnya.

Akhirnya, sekali lagi decak kagum tidak akan pernah cukup untuk mengapresiasi kehebatan strategi bisnis para sahabat yang mulia. Mari bersama berusaha menjalankannya sekuat tenaga, agar lebih berkah kehidupan dunia dan akhirat kita. Semoga Allah SWT memudahkan. (Ustadz Hatta Syamsuddin, Lc.)

Sumber gambar: 
- http://halaqohdakwah.files.wordpress.com/2008/07/kilafah.jpg
Sumber artikel : 
- http://www.indonesiaoptimis.com/2010/10/panduang-bisnis-hebat-ala-sahabat.html
- http://www.indonesiaoptimis.com/2010/10/panduan-bisnis-hebat-ala-sahabat-bagian.html

Meningkatkan BER Jamur Tiram

Berapa nilai BER (biological efficiency ratio) rata-rata pekebun jamur tiram? Tak lebih dari 30%. Dengan persentase itu produksi tiram hanya 300 - 400 g per 1 kg baglog. Padahal nilai BER dapat didongkrak hingga 40 - 45%.

BER menunjukkan kemampuan satu satuan substrat (baglog basah) menghasilkan satu satuan tubuh buah jamur dalam 1 periode tanam. Makin tinggi nilainya makin baik karena berarti produktivitas per baglog makin tinggi. Selama ini pekebun jarang memperhatikan nilai BER. ‘Padahal nilai BER berpengaruh besar pada produksi jamur,’ kata Dr Iwan Saskiawan, peneliti jamur dari Pusat Penelitian Biologi LIPI di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bila nilai BER naik hingga 45%, artinya, produksi Pleurotus ostreatus mencapai 450 g per baglog.

Ada beberapa cara untuk menaikkan nilai BER. Rachmatullah SP, pekebun di Bogor, Jawa Barat, menyebutkan bibit berkualitas mutlak dipakai. Cirinya pertumbuhan misellium rapat dan merata. ‘Bibit juga terlihat segar dan tidak terlalu padat,’ kata alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. Bibit padat atau penuh pertanda sudah terlalu tua.

Media tanam

Hal penting lain adalah media tanam. Tiram jamur kayu yang tumbuh di media kayu lapuk. Oleh karena itu pekebun menggunakan substrat berbahan serbuk kayu gergaji sebagai media. Serbuk kayu terbaik berasal dari jenis kayu albasia atau sengon dan suren. Karena cepat lapuk. ‘Waktu pengomposan cukup 5 - 7 hari. Sementara kayu keras perlu 10 - 14 hari sebelum digunakan,’ kata Iwan, doktor biologi dari Kyoto University di jepang itu.

Pengomposan membantu memecah atau memotong beberapa senyawa gula rantai panjang di tubuh kayu seperti lignin, hemiselulose, dan selulose menjadi senyawa gula  rantai pendek atau monosakarida seperti xilosa dan glukosa. Setelah terpecah tiram lebih mudah memanfaatkannya. Jamur keluarga Tricholomatacea itu tak memiliki klorofil sehingga memenuhi kebutuhan nutrisi dari hasil pelapukan kayu. ‘Semakin tinggi gula reduksi yang dihasilkan semakin mudah jamur menyerapnya,’ ujar Iwan.

Iwan menyarankan bahan substrat terdiri dari 85 - 90% serbuk gergaji, 10 - 15% dedak, 1 - 2% kapur, dan 1 - 2% gipsum. Penggunaan dedak terlalu banyak, di atas 15%, memacu pertumbuhan jamur selain tiram sehingga terjadi kompetisi perebutan nutrisi. Dedak berfungsi sebagai sumber karbon, vitamin B1, dan B2 yang berguna bagi pertumbuhan jamur. Kapur menetralkan pH media.

Menurut Ir NS Adi Yuwono, praktikus jamur di Bandung, Jawa Barat, media terlalu asam membuat tiram mudah layu dan pertumbuhan tudung mengecil. Makanya pH harus dikontrol. ‘Yang bagus berkisar 5,5 - 7,’ kata alumnus Universitas Islam Nusantara, Bandung itu.

Dr Etty Sumiati MS, peneliti jamur di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menyarankan penggunaan campuran 88,5% serbuk kayu albasia, 5% bekatul, 1 - 2% biji milet, 1 - 2% jagung giling kasar, 1 - 2% kapur pertanian (CaCO3), dan 1 - 2% gypsum (CaSO4) untuk menaikkan BER. Kadar air substrat dipertahankan 65% dengan pH 7. ‘Dengan campuran itu nilai BER mencapai 50%,’ ungkap doktor dari Universitas Padjadjaran, Bandung itu.

Lingkungan tepat

Menurut Etty bobot media 1 - 2 kg per baglog paling pas dipakai pekebun tanahair. ‘Jika terjadi kontaminasi lebih mudah penanganannya,’ katanya. Maklum, iklim di wilayah tropis dengan tingkat kelembapan tinggi lebih rentan serangan hama dan penyakit. Di negara subtropis yang kelembapannya rendah hama dan penyakit sulit berkembang. Pekebun tiram di Belanda, misalnya, berani memakai baglog berbobot 7 - 17 kg.

Menurut Iwan angka BER juga terdongkrak jika tiram ditumbuhkan di lingkungan yang tepat. Tiram tumbuh optimal pada suhu 25 - 26oC, kelembapan 80 - 90%, dan intensitas cahaya di kisaran 40 lux menyebar rata di dalam kumbung.

Sirkulasi udara juga harus baik. Jamur berespirasi melepaskan CO2. Jika kadar CO2 tinggi, tangkai jamur panjang, tetapi tudungnya kecil. Sebaliknya bila kadar CO2 rendah, tangkai pendek dan tudung lebih besar. Yang disebut terakhir itulah tipe yang paling diminati konsumen. Bila faktor yang mempengaruhi nilai BER terpenuhi, niscaya produksi tiram 450 g per baglog mudah dicapai. (Rosy Nur Apriyanti)

Sumber artikel dan gambar: trubus-online.co.id dengan judul "Tiram 450 g per Baglog"

Jamur Tiram Strain Baru

Tiga jamur tiram terunggul.Produktivitas membubung hingga 91 ton per 1.000 m2 luas kumbung, hampir dua kali lipat produksi tiram strain lokal.

Ketiga strain baru itu adalah emas, ratu, dan zafira hasil penelitian periset di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, yakni Dr Etty Sumiati MS, Ir Diny Djuariah, Dr Ahsol Hasyim, dan Dr Eri Sofiari. Pada pengujung 2011, mereka merilis tiga strain baru itu sehingga memberi secercah harapan bagi para pekebun jamur tiram yang kini marak di berbagai daerah. Para pekebun itu memanfaatkan strain lokal dan menuai rata-rata 200 g jamur per kg substrat (baglog) dalam waktu 3 bulan.

Salah satu penyebab rendahnya produksi adalah kualitas bibit yang tidak terseleksi. Jika mereka beralih membudidayakan strain jamur tiram unggul, emas, ratu, atau zafira, peluang meningkatkan produksi terbuka lebar. Sekadar contoh, produktivitas emas, misalnya, mencapai 91 ton per 1.000 m2. Di kumbung seluas itu, pekebun dapat membudidayakan 180.000 baglog berbobot satu kg jika posisi baglog berdiri, sementara jika berbaring, 260.000 baglog atau produktivitas antara 350—500 gram per baglog.

Produksi stabil

Menurut Etty secara akumulasi tidak ada perbedaan produksi yang signifikan antara baglog berdiri dan berbaring jika strain sama. Posisi baglog berdiri menghasilkan tudung tiram merekah sempurna sehingga bobot bisa maksimal, di atas 500 gram per baglog berbobot 1 kg. Produksi sebuah baglog berbobot 1 kg dengan posisi berbaring hanya 350 gram. Namun, karena populasi meningkat 80.000 baglog dari posisi berdiri, maka secara keseluruhan produktivitas per kumbung pun tinggi.

Mari bandingkan dengan strain lokal. Pada posisi baglog berdiri, menghasilkan 300 gram per baglog atau total 57 ton dari total jenderal 180.000 baglog. Namun, ketika posisi baglog berbaring, maka produksi sebuah baglog rata-rata berbobot 1 kg, hanya 200 gram. Dari uji coba itu, terbukti bahwa ketiga strain jamur tiram baru memang unggul, produksi membubung, di atas 300 g per kg baglog dengan posisi berdiri. Jika bobot sebuah baglog rata-rata 1 kg, maka produksi pun meningkat menjadi di atas 500 gram.

Hebatnya produksi itu stabil sepanjang tahun. Artinya budidaya tiram strain emas pada musim hujan atau kemarau, pekebun akan menuai produksi yang relatif sama. Strain emas mempunyai daya adaptasi luas dari suhu udara 10—270C itu dan masa produksi panjang hingga 3,8 bulan. “Diameter buah pun besar mencapai 8—9,71 cm,” tutur Etty.

Strain ratu mampu beradaptasi dari suhu 10—250C. Produksi ratu mencapai 51,22—81,94 ton per 1.000 m2. Tipe tudung buah strain ratu menyerupai terompet yang lentur sehingga tidak mudah pecah. Waktu awal panen strain ratu hanya 38 hari dan rentang masa produksi mencapai 3,9 bulan. Kadar air ratu 91,62—93,75% sehingga ratu tahan simpan 2—3 hari pada suhu ruangan.

Rendah oke

Strain tiram lain, zafira yang adaptif pada suhu 10—250C, mampu berproduksi 50,48—78,70 ton per 1.000 m2. Tudung buah zafira amat lentur dan berbentuk tiram. Strain zafira mulai berproduksi 37 hari pascainokulasi dan masa produksinya 3,8 bulan. Ketiga varietas itu beradaptasi baik dari ketinggian 700—1.250 meter di atas permukaan laut. Menurut Etty, peluncuran 3 strain tiram unggul itu merupakan kali pertama dalam sejarah budidaya jamur di Indonesia. “Sebelumnya belum pernah ada varietas unggul tiram,” kata Etty.

Para pekebun tiram di dataran rendah tetap dapat membudidayakan trio tiram unggul itu. “Syaratnya menyediakan lingkungan mikro yang sesuai untuk tumbuh kembang tiram,” kata Etty. Tiram menghendaki suhu 10—270C agar tumbuh optimal, kelembapan di atas 80%, dan intensitas cahaya 10% alias remang-remang. Jika semua kondisi itu terpenuhi, ketinggian tempat bukan masalah untuk membudidayakan strain tiram unggul itu.

Etty dan rekan memulai riset tiram unggul pada 2003. Saat itu mereka menguji daya hasil dan daya kualitas 78 strain tiram introduksi. Hasil pengujian antara lain, produksi relatif tinggi, yakni di atas 300 g per kg substrat, konsumen menyukai cita rasa, penampilan menarik, dan tahan simpan 2—3 hari dalam suhu kamar, sekitar 270C. Dari pengujian itu, mereka menetapkan 5 strain unggul berkode 1, 30, 37, 38, dan 46 yang akan menjalani uji multilokasi.

Uji multilokasi pada 2009 itu di 4 lokasi, yakni Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, berketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut; Desa Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, (1.000 m dpl), dan Desa Tangkil, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor (700 m dpl). Ketiga sentra jamur itu di Provinsi Jawa Barat. Satu area lagi adalah Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, berketinggian 850 m dpl.

Etty sejatinya sudah membagikan strain emas kepada pekebun dan pihak terkait di seluruh Indonesia. Para pekebun yang baru mendengar kabar pun tak ketinggalan antusias menyambut kehadiran tiram unggul itu. Pekebun tiram di Indramayu, Jawa Barat, Ito Sumitro, misalnya, berencana memanfaatkannya. Produksi menjulang tinggi memang menjadi daya tarik bagi para pekebun tiram. (Faiz Yajri)

Sumber artikel dan gambar : trubus-online.co.id dengan judul "Tiram Baru Panen Dua Kali Lipat".

Meningkatkan Produksi Jamur Tiram

Satu hal lagi yang menarik bagi saya, ternyata ada beberapa cara yang cukup 'unik' untuk meningkatkan produksi jamur tiram, diantaranya yaitu dengan cara disuntik. Cara tersebut dan beberapa cara lain telah dimuat di situs trubus-online.co.id pada tanggal 3 juni 2010 dengan judul: "Tiram Disuntik Jadi Produktif", pada artikel tersebut, disebutkan ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mendongkrak/meningkatkan produksi jamur tiram. Diantara adalah sebagai berikut:

1. Disuntik

Prof Dr Ir Agus Sugianto ST. MP. bukan seorang praktikus medis. Namun, sejak 2003 dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang itu akrab dengan alat suntik. Alat itu bukan untuk menyuntikkan obat kepada pasien, melainkan ramuan nutrisi ke dalam baglog jamur tiram.

Agus menyuntikkan 20 ml nutrisi ramuannya pada media yang telah disterilisasi. Setelah itu, bibit jamur tiram diinokulasikan ke dalam media, lalu disimpan di ruang inkubasi. Pada 30 hari pascaperlakuan, baglog berbobot 1,5 kg itu sudah bisa dibuka untuk menumbuhkan tubuh buah, biasanya 45 hari. Karena masa produksi lebih awal, maka jumlah jamur yang dipanen hingga akhir produksi (biasanya 6 bulan, red) lebih tinggi. ‘Pengalaman pekebun hasil panen meningkat hingga 68,7%,’ katanya.

Ramuan nutrisi itu terbuat dari larutan molase alias limbah pengolahan gula. Satu mililiter molase dengan kadar gula rata-rata 30 - 40% dilarutkan dalam 100 ml air atau konsentrasi 1%. Agus juga menambahkan ragi, vitamin, dan protein untuk memacu pertumbuhan.

Menurut Agus, sel-sel pada jamur tiram memerlukan karbon berantai 6 (C6) untuk pertumbuhan. Kebutuhan karbon itu memang bisa dipenuhi dengan mengurai serbuk kayu dan dedak yang menjadi bahan utama media jamur. Sayang, ‘Susunan karbon serbuk kayu masih terlalu kompleks sehingga butuh waktu lebih lama hingga siap dimanfaatkan,’ ujar Agus. Dengan ramuan itu, Agus memberikan karbon dari gula reduksi yang lebih sederhana sehingga lebih cepat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jamur. 

2. Rel kereta 

Di Blitar, Jawa Timur, Agoes Poernomo memanfaatkan getaran dari kereta api yang melintas di dekat lokasi kumbung dan alunan musik. Kombinasi kedua cara itu meningkatkan produksi jamur hingga 4%.

Ide nyeleneh itu terinspirasi kebiasaan waktu kecil. ‘Kata orangtua kalau ada jamur tumbuh di musim hujan, injak tanah di sekitar tumbuh jamur sekeras-kerasnya beberapa kali. Keesokan hari biasanya muncul jamur-jamur baru,’ kata Agoes. Agoes memanfaatkan getaran dari kereta api dan musik untuk merontokkan basidiospora yang terdapat pada lamela di bagian bawah tudung jamur.

Basidiospora yang jatuh di permukaan baglog akan berkecambah membentuk miselium monokariotik alias miselium berinti satu. Miselium itu terus tumbuh hingga membentuk jalinan hifa mirip benang. Hifa itu akan menyatu dengan hifa lain yang kompatibel membentuk hifa dikariotik. Bila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10 - 20oC, kelembapan 85 - 90%, cahaya cukup, dan kadar C02 <1.000 ppm), akan terbentuk tubuh buah.

Menurut Ir NS Adiyuwono, praktikus jamur tiram di Bandung, Jawa Barat, pemanfaatan getaran atau goncangan untuk mendongkrak produksi jamur sudah diterapkan pekebun di Singapura disebut dengan teknologi shifting. Mereka memindahkan baglog setiap hari. Saat pemindahan itu baglog ikut tergoncang sehingga banyak spora jatuh. Cara itu diadopsi para pekebun tiram di Majalengka, Jawa Barat. Hasil pengamatan Adiyuwono, cara itu mempercepat munculnya tubuh buah 2 hari. 

3. Lantunan Al-Quran 

Menurut Agus Sugianto, gelombang suara dari musik menggetarkan molekul udara. Molekul udara yang bergetar akan menggetarkan molekul udara lain. Pada saat yang sama terjadi perpindahan energi antarmolekul. Energi itulah yang memacu metabolisme sel-sel jamur. ‘Penyerapan nutrisi dan aktivitas enzim yang dihasilkan jamur semakin optimal,’ kata guru besar bidang ilmu bioteknologi jamur pangan itu.

Agus membuktikan peran gelombang suara terhadap pertumbuhan jamur. Ia menyetel beragam aliran musik seperti pop dan dangdut, serta lantunan ayat suci Al-Quran di dalam ruang inkubasi. Volume suara diatur hanya separuh dari volume maksimum pada tape. ‘Frekuensinya tidak lebih dari 400 hertz,’ kata Agus.

Hasil penelitian menunjukkan baglog jamur yang diberi lantunan ayat suci saat inkubasi memacu pertumbuhan miselium lebih cepat ketimbang jenis musik lain dan kontrol. Pada hari ke-15, miselium sudah merata di sekujur baglog sehingga bisa dibuka untuk menumbuhkan tubuh buah. Sedangkan baglog kontrol alias tanpa perlakuan butuh waktu 45 hari. Belum diketahui pasti duduk perkara lantunan ayat suci memacu pertumbuhan miselium lebih cepat. ‘Mungkin frekuensi lantunan ayat suci paling ideal bagi pertumbuhan jamur,’ kata Agus. 

4. Medan magnet 

Di Bandung, Jawa Barat, Dr I Nyoman Pugeg Aryantha, ahli jamur dari Sekolah Teknologi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB), meneliti peran medan magnet bagi pertumbuhan jamur. Baglog yang sudah diselimuti miselium disimpan dalam inkubator medan magnet yang terbuat dari kumparan solenoida. Kumparan dialiri arus listrik untuk membangkitkan medan magnet.

Hasil penelitian menunjukkan hasil panen dari baglog yang terpapar medan magnet selama 1 bulan, lebih tinggi 50 - 69% dibanding kelompok kontrol. ‘Medan magnet berpengaruh terhadap sintesis protein tertentu yang memacu pertumbuhan tubuh buah jamur tiram,’ kata doktor mikologi dari Universitas Melbourne di Australia itu. Beragam cara itu menjadi pilihan bagi pekebun untuk mendongkrak produksi jamur. ‘Tinggal pilih mana yang lebih ekonomis,’ tutur NS Adiyuwono. (Imam Wiguna/Peliput: Faiz Yajri)
  1. Molase, sumber karbon sederhana untuk mempercepat pertumbuhan jamur
  2. Gelombang suara tingkatkan metabolisme sel sehingga aktivitas enzim dan penyerapan nutrisi optimal
  3. Medan magnet mempengaruhi sintesis protein tertentu yang memacu pertumbuhan tubuh buah jamur tiram
  4. Doktor I Nyoman Pugeg Aryantha, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB, dongkrak produksi jamur dengan medan magnet 
Semoga bermanfaat..!!!

Sumber gambar: http://www.trubus-online.co.id/images/resized/images/stories/media044/hal-18-19-3_200_200.jpg


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha , Car Price in India