Ada sebuah kutipan menarik yang berbunyi “Sebuah negara dapat mencapai kemakmuran jika minimal 2,5 % dari penduduknya adalah seorang pengusaha”. Padahal menurut referensi yang saya baca pengusaha di Indonesia hanya 0,18 % dari seluruh penduduk di Indonesia. Sedangkan menurut tokoh pengusaha Indonesia, Ir. Ciputra, agar masalah kemiskinan dan pengangguran teratasi, setidaknya diperlukan 4 juta pengusaha baru dinegara kita.
Ada beberapa alasan mengapa kita harus jadi seorang pengusaha. Pembahasan berikut semoga memotivasi kita untuk menjadi seorang pengusaha. Saya ambilkan dari blog http://afaizn.wordpress.com/. Selamat mengikuti....
Menjadi seorang pengusaha tidak hanya butuh teori, namun pengalaman dalam menjalankan usaha juga sangat penting. Bpk Dahrul Iskan (CEO Jawa Pos Group dan Dirut PT.PLN) dalam Grand Seminar IEC 2011 berkata “ Kita harus cepat dalam memulai bisnis, agar cepat gagal. Karena dari kegagalan tersebutlah kita dapat belajar untuk menjalankan bisnis yang lebih baik “. Dari pernyataan tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa kita harus menjadi seorang pengusaha sedini mungkin. Setiap ada peluang untuk memulai suatu usaha, maka kita harus cepat bergerak. Banyak orang yang hanya berfikir tentang usaha yang akan dilakukannya, tanpa adanya langkah kongkrit untuk mewujudkan hal itu, dan hal inilah yang harus diubah oleh masyarakat kita.
Ada beberapa alasan mengapa kita harus jadi pengusaha, diantaranya:
Pertama, panutan kita adalah seorang pengusaha. Sebagai seorang muslim, panutan kita adalah Nabi Muhammad SAW, dimana beliau adalah seorang pengusaha . Nabi Muhammad SAW sudah belajar berdagang semenjak beliau kecil, semenjak masih dalam asuhan Halimah yang mengasuh beliau saat beliau masih kecil. Beliau selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam setiap transaksi perdagangan yang dilakukan, sehingga tak heran jika akhirnya barang dagangannya laris diburu pembeli.
Bukan hanya Nabi Muhammad saja yang menjadi seorang pengusaha, namun banyak dari sahabar-sahabat beliau yang menjadi seorang pengusaha, seperti Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah. Rata-rata dari para sahabat tersebut ialah mereka adalah yang menyumbangkan sebagian dari harta mereka saat kaum muslimin membutuhkan dana, dan membantu kaum fakir miskin yang dilanda kesulitan ekonomi. Mereka dengan ikhlas memberikan sebagian harta mereka karena mereka tahu dan yakin bahwa setiap sen harta yang mereka miliki adalah titipan dan mereka harus menggunakannya untuk hal yang baik .
Kedua, dengan menjadi pengusaha kita bisa membantu lebih banyak orang . Untuk membantu orang, kita tidak harus menjadi seorang pengusaha. Namun, untuk membantu lebih banyak orang, kita perlu menjadi seorang pengusaha . Kenapa saya berkata lebih banyak orang ? Untuk membantu seseorang, siapapun bisa melakukannya. Ketika ada pengemis di pinggir jalan dan kita memberinya uang, maka kita dapat dikatakan membantu pengemis tersebut. Ketika ada teman kita yang mengalami musibah, kita memberinya bantuan, maka kta bisa disebut membantu teman kita tersebut, dan hal itu bisa dilakukan oleh semua orang, asalkan ia mempunyai niat.
Seorang pengusaha saya katakan dapat membantu lebih banyak orang karena saat ia memiliki seorang karyawan, maka ia telah membantu karyawan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika karyawan tersebut telah mempunyai keluarga, maka skala yang dibantu oleh keluarga tersebut semakin meluas. Saat ia menggaji karyawan tersebut, berarti ia telah membantu kehidupan keluarga tersebut, ia telah membantu anak dari karyawannya agar anaknya bisa mengenyam bangku sekolah . Dan hal itu bisa dilakukan seorang pengusaha hanya dari seorang karwayan. Bagaimana bila ia mempunyai 10 ? 100 ? atau bahkan ribuan karyawan ? berarti semakin banyak pula orang yang ia bantu, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh seorang pengusaha.
Selain itu, dengan menjadi seorang pengusaha berarti kita telah membantu pemerintah kita dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Bukan rahasia lagi jika saat ini banyak sarjana dari perguruan tinggi yang menjadi seorang pengangguran, dan kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah akan hal ini. Menjadi seorang pengusaha atau karyawan adalah pilihan hidup, kita bisa memilih salah satu diantara keduanya dengan menanggung resiko masing-masing. Sehingga , bila kita tidak ingin menjadi beban bagi pemerintah maupun bagi orang tua kita karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, maka saya pikir menjadi pengusaha adalah sebuah pilihan yang tepat.
Ketiga, dengan menjadi seorang pengusaha kita akan memiliki waktu lebih bersama keluarga. Keluarga adalah salah satu elemen terpenting dalam hidup kita, apapun akan kita lakukan untuk membahagiakan keluarga kita. Dengan menjadi seorang pengusaha, saya pikir kita akan mempunyai waktu yang lebih bersama keluarga kita . JIka kita menjadi seorang karyawan, bisa saja saat Hari Raya Idhul Fitri kita masih dituntut untuk bekerja sehinga tidak bisa berkumpul dengan keluarga tercinta, namun tidak jika kita sebagai pemilik usaha. Kita bisa berlibur beberapa hari untuk berkumpul dengan keluarga kita di hari yang bahagia tersebut. Selain itu, saat anak-anak kita sedang menjalani liburan kita bisa menemani mereka untuk menjalani waktu-waktu yang berharga sebagai sebuah keluarga, yang tidak semua karyawan bisa melakukannya karena adanya batas cuti yang ditetapkan oleh setiap perusahaan. Namun tentunya semua itu dilakukan dengan pertimbangan agar tidak mengganggu bisnis yang sedang kita jalani.
Itulah 3 alasan utama yang seharusnya mendorong kita untuk menjadi seorang pengusaha. Kita tidak ingin menjadi pengusaha yang bekerja terlalu keras hingga melupakan keluarga dan kebutuhan rohani. Kita tentu ingin menjadi seorang pengusaha yang seimbang, yang menjalankan bisnis, memperhatikan keluarga, dan yang menjalankan kewajiban sebagai pemeluk agama dengan baik . Salam pengusaha !
Sumber gambar:
http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/36148_166627466682513_110745548937372_533098_5101281_n.jpg
0 komentar :
Posting Komentar