Panduan Bisnis Sahabat Nabi

Generasi sahabat adalah mata air inspirasi yang tak pernah kering. Dalam setiap bidang kehidupan, akan kita temukan dengan mudah profil teladannya dari golongan shahabat. Abu Bakar dikenal sebagai politisi yang santun dan ulung yang meletakkan banyak inspirasi pengelolaan pemerintahan. Khalid bin Walid adalah pakar strategi kemiliteran yang mumpuni dalam setiap medan pertempuran. Panglima musuh pun dengan penuh ketakutan melakukan klarifikasi terhadapnya, apakah benar pedang yang dibawanya adalah pedang Allah? Khalid hanya tersenyum ringan dan mengatakan itu hanyalah julukan yang diberikan Rasulullah kepadanya.

Begitu pula dengan kehadiran Ali bin Abi Thalib, sosok ilmuwan yang otaknya dipenuhi ide-ide brilian. Kecerdasannya diibaratkan begitu indah oleh Rasulullah, “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menginginkan ilmu maka datangilah lewat pintunya.” Inilah yang menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai satu-satunya shahabat yang senantiasa meminta orang untuk bertanya kepadanya. “Tanyalah kepadaku, tanyailah aku...!” Subhanallah...!

Salah satu bidang kehidupan yang dijalani para shahabat dengan prestasi gemilang adalah dunia bisnis dan perdagangan. Nama-nama seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf menjadi jaminan bahkan branding betapa majunya usaha perdagangan shahabat pada waktu itu. Sosok Abdurrahman bin Auf misalnya, mengawali usahanya di Madinah hanya dengan bekal semangat dan kesungguhan saja, hingga akhirnya benar-benar menjadi milyuner Madinah. Bahkan tidak berlebihan jika disebutkan bahwa kehadiran Abdurrahman bin Auf mengakhiri dominasi dan monopoli kaum Yahudi di pasar Madinah. Bisa dibayangkan, dalam sebuah kesempatan saat rombongan dagang beliau sampai di Madinah, seluruh penduduk Madinah terguncang karena gemuruh suaranya. Mereka mengira angin topan bertiup dengan kencangnya, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah kedatangan 700 ekor unta yang penuh dengan barang dagangan Abdurrahman bin Auf!!

Sungguh decak kagum saja tidak akan pernah usai saat melihat gambaran kehebatan dan kiprah shahabat dalam dunia bisnis. Mari sejenak kita sisihkan waktu, untuk mengambil inspirasi apa yang sesungguhnya mereka lakukan, hingga mampu mengelola bisnis dengan hebat, sekaligus sebagai pendukung dakwah Rasulullah yang tangguh. Simak panduan singkatnya berikut ini:

Pertama: Jiwa Kemandirian

Kunci sukses perdagangan shahabat dimulai dari jiwa kemandirian yang luar biasa. Mereka tidak bertopang dan menggantungkan diri kepada orang lain. Gambaran ini bisa kita dapatkan dengan jelas dari kisah hijrahnya Abdurrahman bin Auf. Adalah seorang jutawan Madinah bernama Sa’ad bin Rabi Al-Anshory yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abdurrahman bin Auf, ia menawarkan pinjaman lunak kepada saudaranya begitu tulus, “Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Kota Madinah yang punya banyak harta, pilihlah dan ambillah sebagian hartaku!!”

Lihatlah tawaran yang indah dan menjadi impian setiap pedagang benar-benar sudah ada dihadapan. Tak perlu lagi birokrasi, proposal usaha, jaminan, surat rekomendasi dan semacamnya. Pengembaliannya pun begitu lunak nyaris tanpa jangka waktu tertentu. Namun apa jawab Abdurrahman bin Auf. Semangat dan jiwa kemandiriannya segera menolak seraya mengatakan, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu, tetapi cukup tunjukkan saja kepadaku dimana letak pasar?”

Sungguh penolakan ini bukanlah kesombongan, tapi tekad dan semangat kuat untuk mandiri. Hal ini kemudian dibuktikan, bagaimana ia segera memulai kiprahnya di pasar Madinah sedikit demi sedikit, hingga akhirnya menjadi pemasok utama barang dagangan di Madinah. Tidak berlebihan ketika kemudian ia pun memberikan testimoni tentang keberhasilannya.

Kedua: Senantiasa Mengingat Allah dan Taat Beribadah

Meskipun kesibukan dan aktivitas dagang yang luar biasa, para shahabat tidak lalai dengan kewajiban ibadah dan dzikrullah. Mereka semua dalam kondisi ruhiyah yang tangguh, tidak mudah tergoda dengan peluang-peluang dan tawaran duniawi yang berkelebat di depan mata. Begitu indah al Qur’an memuji pedagang yang mulia ini:

“Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan mendirikan shalat, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi guncang (hari kiamat).” (QS. An-Nuur: 37)

Bukti nyata, suatu ketika bahkan Abdurrahman bin Auf pernah mengimami shalat shahabat lainnya, dan Rasulullah ikut turut serta menjadi makmumnya! Ketika Abdurrahman bin Auf jengah dan ingin mundur, Rasulullah memberi isyarat agar tetap pada tempatnya. Demikian yang dikisahkan dalam kitab Usudul Ghoba, yang ini semua memberi gambaran bagaimana sesungguhnya kapasitas ruhiyah seorang Abdurrahman bin Auf.

Mereka para pedangan di Madinah, meyakini sepenuhnya bahwa kunci kesuksesan berdagang, sebagian besar karena memperbanyak dzikrullah dalam setiap aktivitas dagangnya. Mereka mengingat dan memahami betul panduan bisnis Qurani, Allah berfirman: “Dan ingatlah Allah banyak-banyak supanya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’at: 10)

Ketiga: Pekerja Keras, Mengawali Aktivitas Dagang Sepagi Mungkin

Para bisnisman Madinah meyakini bahwa keberkahan ada di waktu pagi hari. Karenanya mereka senantiasa memulai aktivitasnya di awal pagi, saat tubuh giat dan bersemangat. Rasulullah berdo’a dalam sabdanya: “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi harinya.” Beliau juga senatiasa mengirim pasukan di awal pagi sebagai awal kesuksesan. Seorang pedagang Madianah lainnya yang bernama Sohkr al-Ghomidi, bahkan tidak pernah mengirim agen distributor dan marketingnya untuk mulai berkeliling kecuali dimaulai pada sepagi mungkin. Hal inilah yang menjadikan Sokhr sukses dalam berdagangan, dan hartanya jadi sangat banyak. Bahkan disebutkan dalam riwayat Ahmad: karena terlampau banyak harta hasil perdagangannya, sampai-sampai Sokhr pun kebingungan dimana lagi ia harus menyimpan hartanya. Subhanallah...

Keempat : Jujur dalam Berdagang

Kejujuran adalah kunci utama kesuksesan para sahabat dalam berdagang. Rasulullah SAW dalam hal ini senantiasa memandu dan mengawasi mereka dalam menjalankan aktifitas perdagangan. Tak jarang beliau langsung turun melakukan inspeksi pasar untuk mengecek ketersediaan dan kualitas barang. Beliau pun segera menegur saat ada sahabat yang mencoba berlaku curang menyembunyikan cacat barang dagangan yang dimilikinya.  Bukan hanya Rasulullah SAW, bahkan Al-Quran pun turun memberikan panduan dalam perdagangan secara umum. Lihat saja bagaimana surat Al-Muthoffifin turun menghenyakkan hati pedagang Madinah, mengkritik sebagian mereka yang masih berlaku curang tidak memenuhi timbangan dengan baik.  Dengan panduan dan pengawasan seperti inilah, para bisnisman dari golongan sahabat tumbuh mengembangkan bisnisnya tanpa melanggar prinsip kepatuhan syar’i.

Kelima : Tidak mengambil banyak Untung

Salah satu yang membuat tertarik pembeli adalah barang yang murah. Para sahabat mengetahui persis hal ini dan menjadikan sebagai strategi inti dalam perdagangannya. Adalah Abdurrahman bin Auf yang secara gamblang membocorkan rahasia kesuksesannya dalam masalah ini. Disebutkan dalam Kitab Ihya Ulumuddin imam Al-Ghozali, suatu ketika Abdurrahman bin Auf ditanya : “ Apa sebab kemudahanmu dalam berdagang ? “. Maka ia menjawab : “ ada tiga hal saja. Pertama: Aku tidak pernah menolak tawaran untung meskipun sedikit, Kedua : Aku tidak pernah menunda-nunda pesanan satu hewan pun. Ketiga : Aku tidak menjual dengan cara riba “. Dikisahkan pula bahwa suatu hari Abdurrahman bin Auf pernah menjual seribu ekor unta dan hanya mengambil untung harga seutas tali onta dari setiap unta yang terjual. Meskipun harga tali onta itu hanya satu dirham, tapi karena ia menjual 1000 ekor unta, maka seharian itu ia mendapatkan untung seribu dirham ! Subhanallah …

Keenam : Memperluas Wilayah  Pemasaran

Sejak dulu para sahabat tidak berkutat di Madinah dalam menjalankan aktifitas dagangnya. Bahkan kebiasaan Qurays di Mekkah pun sejak jaman jahiliyah adalah melakukan perjalanan dagang ekspor impor dua kali dalam setiap tahunnya, yaitu ke Yaman dan Syam. Begitu pula para sahabat usahawan di Madinah, mereka meyakini sepenuhnya bahwa rejeki Allah tersebar di bumi yang luas ini. Karenanya, bidang ekspor dan impor sejak awal telah mereka garap dengan serius dan mengantarkan kesuksesan mereka dalam berdagang.  Inspirasi qurani yang senantiasa mereka ambil adalah : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya” (QS Al Mulk 15)

Ketujuh : Saling bersinergi dan bekerja sama antar usahawan

Kunci sukses sahabat dalam bisnis berikutnya adalah memelihara lingkungan yang kondusif dalam berbisnis. Mereka tidak mengenal istilah kongkalingkong, sikut kanan dan sikut kiri dalam berbisnis, tapi justru sebaliknya tercipta kerja sama dalam saling sinergi yang sangat positif untuk mengembangkan bisnis. Rasulullah SAW sejak awal telah berperan besar dalam menciptakan kelangsungan pasar yang sehat di Madinah. Beliau memberlakukan sekian aturan kompetisi yang sehat dan dinamis, antara lain larangan bagi penjual untuk menawarkan dagangan kepada buyer yang telah menawar dagangan penjual lain. Begitu pula larangan monopoli perdagangan dengan melakukan upaya penimbunan barang langka agar bisa segera naik harganya saat hilang di pasaran. Semua aturan ini tanpa disadari menjadikan iklim usaha di Madinah begitu kondusif dan dinamis.

Kedelapan: Menjalankan Corporate Sosial Responsibility dengan tangguh

Inilah kunci kesuksesan akhir yang begitu tergambar di hadapan kita. Para usahawan dari golongan sahabat tidak hanya berdagang untuk diri sendiri, tapi juga menjalankan kewajiban berbagi dan mensukseskan program-program positif pemerintah. Utsman bin Affan memberikan contoh nyata, dalam mensponsori mobilisasi kaum muslimin dalam perang Tabuk yang membutuhkan pendanaan luar biasa. Disebutkan pada hari itu, Utsman bin Affan menginfakkan setidaknya 900 ekor unta lengkap dengan peralatan perangnya, 100 kuda perang, 200 kantong emas plus uang cash sebesar 1000 dinar. Sungguh jumlah yang amat besar dan mengagumkan Rasulullah SAW hingga beliau pun berujar : “ Sungguh tidak ada lagi yang akan membahayakan Utsman setelah hari ini “.

Kiprah Abdurrahman bin Auf  juga tidak kalah hebatnya. Beliau senantiasa membantu keperluan sahabat sampai akhir hidupnya. Tercatat dalam kitab Usudul Ghoba, bagaimana total sedekah beliau saat beliau masih hidup sebanyak 80.000 dinar, sedekah berupa onta perang sebanyak 1000 ekor, menyediakan tanah bagi istri-istri Rasulullah senilai 40.000 dinar . Bukan itu saja, ketika beliau wafat pun mewasiatkan banyak harta untuk sedekah antara lain : untuk keperluan fi sabilillah sebesar 50.000 dinar, untuk tunjangan veteran perang badar sebesar 40.000 dinar, berwasiat kendaraan dan perlengkapan logistik perang  berupa unta 1000 ekor, kuda 100 ekor dan kambing 1300 ekor. Sungguh luar biasa. Dana ratusan milyar dianggarkan secara khusus untuk berbagi dengan yang lainnya.

Akhirnya, sekali lagi decak kagum tidak akan pernah cukup untuk mengapresiasi kehebatan strategi bisnis para sahabat yang mulia. Mari bersama berusaha menjalankannya sekuat tenaga, agar lebih berkah kehidupan dunia dan akhirat kita. Semoga Allah SWT memudahkan. (Ustadz Hatta Syamsuddin, Lc.)

Sumber gambar: 
- http://halaqohdakwah.files.wordpress.com/2008/07/kilafah.jpg
Sumber artikel : 
- http://www.indonesiaoptimis.com/2010/10/panduang-bisnis-hebat-ala-sahabat.html
- http://www.indonesiaoptimis.com/2010/10/panduan-bisnis-hebat-ala-sahabat-bagian.html


Artikel Terkait:

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha , Car Price in India