Dalam budidaya jamur tiram, hal yang harus kita perhatikan adalah memilih bibit jamur tiram. Jika tidak mau repot dengan membuat bibit jamur tiram bisa juga dengan membeli bibit jamur. Namun, bagi petani pemula mungkin agak bingung mengenai istilah bibit jamur tiram yang beredar di masyarakat, karena ada istilah f, f-an. Ok, mari kita bahas..
Huruf f, dalam dunia genetika disebut dengan filial. Filial adalah hasil turunan dari persilangan/perkawinan indukan yang berbeda jenis. Hasil turunan ini nantinya disebut dengan f1, f2, f3, dst. Walaupun pada umumnya pembuatan bibit jamur tiram hanya sekedar ‘turunan’ tanpa persilangan, namun kita bisa katakan bahwa hasil pembuatan bibit jamur tiram kita sebut sebagai f1, f2, f3, dst, toh itu nama hanya untuk mempermudah identifikasi hasil saja. Ok, jadi kemungkinan makna f dalam bibit jamur tiram yang berkembang di masyarakat adalah Filial atau turunan, tinggal kita memahami istilah f1, f2, f3, dst.
Bibit jamur tiram f0
Bibit f0 disebut sebagai biakan/kultur murni biasanya diperoleh dengan sistem kultur jaringan, yakni, mengambil eksplan (bagian) dari indukan jamur kemudian diinokulasikan ke media agar (PDA) secara aseptik. Cara ini dinilai cukup baik karena dapat diketahui langsung sifat fisik tubuh buah jamur. Potatoes Dextrose Agar (PDA) dapat kita dibeli dalam bentuk siap pakai atau bisa kita bikin sendiri . Satu tabung bibit f1 bisa digunakan untuk usaha budidaya jamur tiram skala menengah.
Bibit jamur tiram f1
Bibit f1 disebut juga sebagai bibit dasar atau bibit induk, merupakan turunan/biakan pertama dari bibit f0 (PDA). Dari satu tabung f0 bisa diturunkan menjadi 20 botol bibit f1. Pembiakan tahap ini bertujuan untuk memperbanyak miselium jamur yang berasal dari biakan murni. Media bibit f1 biasanya berupa biji-bijian, seperti jagung, gabah, sorgum, dll. Hal ini karena media biji-bijian mempunyai nutrisi tinggi/unsur hara yang baik sehingga miselium dapat merambat dengan cepat.
Bibit jamur tiram f2
Bibit f2 disebut juga sebagai bibit pokok, merupakan turunan kedua dari biakan murni. Media yang dipake agak berbeda dengan bibit f1, tidak hanya biji-bijian tapi juga ditambah sedikit serbuk kayu. Hai ini bertujuan melatih miselium dalam mendegradasi lignoselulosa yang ada dalam serbuk kayu. Bibit f2 kemudian diremajakan lagi menjadi bibit sebar f3, namun bisa juga langsung ditanam dibaglog sebagai bibit sebar.
Bibit jamur tiram f3
Bibit f3 disebut juga sebagai bibit sebar. Bibit ini biasanya disebut oleh petani pemula sebagai ‘obat’ jamur. Bibit ini yang banyak dipasarkan oleh produsen bibit dikarenakan bibit ini yang biasanya langsung ditanam dibaglog dan bibit f3 adalah bibit yang paling terjangkau bila dibandingkan dengan bibit lainnya. Media bibit f3 biasanya berupa serbuk kayu yang ditambah dengan biji-bijian. 1 botol bibit f3 bisa untuk menginokulasi sebanyak 35-40 baglog.
Simpelnya adalah:
Biakan murni/PDA (f0) – bibit induk (f1) – bibit pokok (f2) – bibit sebar (f3) – media baglog.
Jadi, maksud dari f1 adalah turunan pertama dari biakan murni, f2 adalah turunan kedua dari biakan murni, dst. Menurut teori, semakin mendekati biakan murni, maka kualitas bibit tersebut lebih baik, dan semakin jauh dari biakan murni maka akan terjadi perubahan genetik. Kualitas bibit jamur tiram akan menurun, sehingga dianjurkan maksimal turunannya sampai f4 kemudian ditanam ke media baglog.
Jadi, maksud dari f1 adalah turunan pertama dari biakan murni, f2 adalah turunan kedua dari biakan murni, dst. Menurut teori, semakin mendekati biakan murni, maka kualitas bibit tersebut lebih baik, dan semakin jauh dari biakan murni maka akan terjadi perubahan genetik. Kualitas bibit jamur tiram akan menurun, sehingga dianjurkan maksimal turunannya sampai f4 kemudian ditanam ke media baglog.
Semoga info ini bermanfaat bagi para pembaca yang ingin mencoba budidaya jamur. Untuk cara pembuatan bibit di atas akan saya bahas di sesi berikutnya. Insya Alloh..
Sekian dan semoga bermanfaat..!!!
Batang, 18 Agustus 2012.
0 komentar :
Posting Komentar